• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

tulisan deri temen soal ramadhan

kyud

IndoForum Beginner E
No. Urut
19520
Sejak
27 Jul 2007
Pesan
524
Nilai reaksi
4
Poin
18
Assalamualaikum Wr. Wb.

Hari ini, saya menyempatkan diri untuk mendirikan sholat 2 rakaat di waktu dhuha. Karena kos saya kurang nyaman untuk dipakai sholat, saya memutuskan untuk pergi ke masjid dekat kos. Ketika saya selesai mengambil wudhu, saya perhatikan masjid itu sepi. Hanya ada seorang laki-laki di situ, duduk di teras masjid, bersila di belakang meja bertuliskan "zakat fitrah".

Melihat itu, saya agak terpana, dan sholat saya jadi agak melankolis (tenang... gue gak nyampe nangis bombay kok... cuma ada deep blue something aja di dalam diri). Ada sebuah kesadaran yang mengganggu saya, dan itu selalu berulang setiap tahun, bahwa Ramadhan akan segera pergi.

Ramadhan akan pergi, tanpa memberi kepastian apakan tahun depan ia akan menghampiri kita lagi. Dalam 11 bulan, banyak hal yang bisa terjadi pada diri manusia. Bisa jadi ia mati, atau berubah jadi kafir, atau sakit sehingga seumur hidup tidak bisa puasa lagi. Kesadaran akan sebuah kenisbian itu membuat saya tak mampu berkata banyak. Bukankah baru saja ia datang? Belum banyak yang saya lakukan untuk bisa meraih berbagai keutamaan yang ditebarkannya. Kini, ia akan pergi, dan saya harus coping (deal ) dengan perasaan kehilangan, yang tiap tahun saya rasakan. Sebuah coping yang tidak pernah berhasil, karena semua kenikmatan yang diberikan Ramadhan begitu memikat. Pola berulang tidak akan membuat saya belajar. Saya cenderung relapse (duilah... kayak pengguna narkoba aja) pada ekstasi ibadah, dan sulit untuk pulih dari situ.

Terus terang, puasa tahun ini saya rasakan berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya. Biasanya puasa saya antiklimaks. Di akhir-akhir, saya cenderung berbuat hal yang sia-sia, sehingga ada rasa kehilangan yang amat besar. Padahal, di awal hingga pertengahan, saya jor-joran banget. Ramadhan kali ini lebih konstan. Ibadahnya tidak terlalu banyak, cenderung tidak teratur dalam kuantitas, tapi saya rasakan lebih bisa menjaga saya daripada dulu-dulu, yang secara kuantitas oke... tapi, kok kayak nggak efek ya? Jadi, mana yang lebih penting? Kuantitas atau kualitas?

Mungkin itu bukan pertanyaan yang bisa dengan mudah dijawab, karena dua-duanya penting. Cuma... Ramadhan ini gue sangat bersyukur, bahwa Allah mendekatkan gue dengan orang-orang yang gue sayangi. Ramadhan ini banyak diisi dengan main monopoli, buka puasa bareng di sana-sini, dan mengunjungi bekas-bekas murid saya. Itu bukan ibadah, tapi ada kesenangan tersendiri yang saya rasakan, dan saya sangat bahagia Allah memunculkan itu semua buat saya. orang tua saya jadi lebih perhatian, dan... wah! banyak lah... dan terus terang... kuantitas jadi gak terlalu penting buat saya. Saya mungkin tidak serajin dulu (tanpa menggugurkan yang wajib loh...), tapi saya rasakan diri saya lebih mantap. Semoga seumur hidup saya, saya merasakan ini terus. Saya lelah terus menyesal dan merasa kehilangan.. ..

Terima kasih Ramadhan... Terima kasih Allah Swt... kuasa-Mu memang menakjubkan. ...

- reza -


PS: akhirnya... koko baru itu bisa kupakai dengan bangga...!
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.