• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan Harian/Saat Teduh.

Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita.
Mazmur 20:8


Bacaan: Yesaya 31
Setahun: Yeremia 40-42; Ibrani 4

Pada bulan Agustus 2004, Badai Charley mengakibatkan kehancuran hebat di wilayah Florida, Amerika Serikat. Selama badai berlangsung, Danny Williams yang berusia 25 tahun pergi ke luar untuk mencari perlindungan di salah satu tempat kesukaannya, yaitu sebuah lumbung yang berada di bawah naungan cabang-cabang pohon beringin yang rindang. Akan tetapi, ternyata pohon beringin itu tumbang, lalu menimpa lumbung dan menewaskan Williams. Kadang kala, tempat yang kita datangi untuk berlindung justru dapat menjadi tempat yang paling berbahaya bagi kita.

Nabi Yesaya mengingatkan Raja Hizkia dari Yehuda akan kebenaran ini. Hizkia adalah raja yang baik, tetapi ia mengulang dosa ayahnya, Ahaz, yaitu mencari perlindungan dan bersekutu dengan kekuatan asing (2 Raja-Raja 16:7; Yesaya 36:6). Seharusnya, ia mendorong rakyatnya untuk menaruh kepercayaan kepada Tuhan.

Dengan mencari bantuan dari Mesir, Hizkia menunjukkan bahwa ia gagal belajar dari sejarah. Mesir tidak boleh dijadikan sekutu oleh Israel. Hizkia juga telah melupakan Kitab Suci. Mengumpulkan kuda untuk dijadikan kavaleri adalah melawan hukum ilahi bagi raja (Ulangan 17:16).

Akhirnya, Hizkia mencari bantuan dari Tuhan (Yesaya 37:1-6,14-20). Dan, Allah secara ajaib melenyapkan bangsa Asyur yang menyerang (ayat 36-38).

Yehuda melakukan kesalahan dengan menilai kekuatan Mesir melebihi Allah yang hidup. Semoga kepercayaan kita selalu dalam nama Tuhan Allah kita (Mazmur 20:8) —MLW

TIDAK ADA KEHIDUPAN YANG LEBIH AMAN
DARIPADA KEHIDUPAN YANG BERSERAH KEPADA ALLAH



Yesaya 31
31:1 Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN.
31:2 Akan tetapi Dia yang bijaksana akan mendatangkan malapetaka, dan tidak menarik firman-Nya; Ia akan bangkit melawan kaum penjahat, dan melawan bala bantuan orang-orang lalim.
31:3 Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang berkuasa. Apabila TUHAN mengacungkan tangan-Nya, tergelincirlah yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya habis binasa bersama-sama.
31:4 Sebab beginilah firman TUHAN kepadaku: Seperti seekor singa atau singa muda menggeram untuk mempertahankan mangsanya, dan tidak terkejut mendengar teriakan seluruh pasukan gembala yang dikerahkan melawan dia, dan tidak mengalah terhadap keributan mereka, demikianlah TUHAN semesta alam akan turun berperang untuk mempertahankan gunung Sion dan bukitnya.
31:5 Seperti burung yang berkepak-kepak melindungi sarangnya, demikianlah TUHAN semesta alam akan melindungi Yerusalem, ya, melindungi dan menyelamatkannya, memeliharanya dan menjauhkan celaka.
31:6 Bertobatlah, hai orang Israel, kepada Dia yang sudah kamu tinggalkan jauh-jauh!
31:7 Sungguh pada hari itu kamu masing-masing akan membuang berhala-berhala peraknya dan berhala-berhala emasnya yang dibuat oleh tanganmu sendiri dengan penuh dosa.
31:8 Asyur akan rebah oleh pedang, tetapi bukan pedang orang, dan akan dimakan habis oleh pedang, tetapi bukan pedang manusia; mereka akan melarikan diri terhadap pedang, dan teruna-terunanya akan menjadi orang rodi.
31:9 Pelindung mereka akan lenyap karena gentar, dan panglimanya akan lari terkejut meninggalkan panji-panji, demikianlah firman TUHAN yang mempunyai api di Sion dan dapur perapian di Yerusalem.
 
07 November 2007 -- R A B U

Doa Yang Berpusat Pada Kerajaan Allah | Kisah Para Rasul 1:11-14

Tuhan Yesus memberikan penekanan khusus pada kehidupan doa di dalam diri orang percaya. Ia mengajarkan melalui kata dan perbuatan-Nya, betapa pentingnya kehidupan doa itu. Ada kalanya Yesus berdoa di depan umum; namun lebih sering Dia pergi menyendiri untuk berdoa kepada Bapa-Nya. Bagaimanapun cara-Nya berdoa, Yesus telah menunjukkan kepada kita bahwa doa merupakan salah satu prioritas utama dalam hidup-Nya.

Yesus juga mengajarkan kita tentang doa bersama (Matius 18:19-20). Bila orang-orang percaya berkumpul untuk berdoa menurut kehendak-Nya secara konsisten, bayangkanlah betapa luar biasanya persekutuan doa itu jadinya. Fokus kita akan semakin terarah pada Allah dan kerajaan-Nya, dan bukan pada kebutuhan kita sendiri. Akan semakin banyak orang-orang yang bersedia bergabung untuk memuji dan menyembah Allah, menangisi dosa-dosa dunia ini (II Korintus 7:10), serta bersyukur atas segala perkara yang telah diperbuat Allah bagi mereka. Pujian dan penyembahan kita pun akan semakin kuat tatkala menyaksikan lebih banyak lagi jiwa-jiwa yang berpaling kepada-Nya, kesombongan berganti menjadi kerendahan hati, dan sikap yang acuh tak acuh berganti menjadi pelayanan yang penuh kasih. Kita akan bersukacita atas karya Allah di dalam dan melalui kita. Dan kita akan semakin tekun lagi untuk berdoa bagi keselamatan orang lain serta pertumbuhan rohani saudara-saudara seiman.

Sungguh tak terkira perasaan yang akan kita alami sebagai gereja Tuhan apabila Dia menjawab doa-doa kita untuk kepentingan kerajaan-Nya. Kita pasti akan menjadi lebih bersemangat dalam bersaksi, lebih tegar dalam menghadapi ujian hidup, lebih berani untuk berdiri teguh dalam iman, serta tidak lagi mau berkompromi dengan dosa. Bayangkanlah bila gereja dipenuhi jiwa-jiwa baru hingga melimpah ruah, dan menjadi “rumah doa” sebagaimana yang dikehendaki Yesus (Matius 21:13).

GBU all...........

NB : maaf telat ngase renungannya, soalnya beberapa hari ini saya susah masuk kesini..
 
akah orang ini benar-benar paham akan situasi yang aku alami? Apakah orang ini tahu bagaimana sulitnya hidup seperti ini? Jauh di dalam lubuk hati kita, kita bertanya kepada diri sendiri, Apakah orang ini dapat aku percaya?

Sama halnya pada waktu kita membaca ayat ini, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:19), mungkin kita akan berhenti sejenak dan bertanya, Dapatkah aku percaya kepada penulisnya?

Jawabannya sudah pasti: YA! Paulus bukanlah orang yang suka bercanda atau asal omong saja. Ia sangat berani dan tajam dalam menyebarkan kebenaran kapanpun dan di manapun kebenaran itu dibutuhkan.

Paulus juga tahu apa artinya kekurangan. Bahkan ia menuliskan bagian Firman Tuhan ini pada saat ia dipenjarakan di kota Efesus, di mana kemungkinan besar ia sedang dirantai. Tetapi yang lebih penting adalah: Paulus tahu bagaimana mencukupi kekurangannya itu. Bahkan dalam situasi yang serba sulit itu, ia masih dapat menyatakan suatu hal yang sangat indah: ia merasa cukup dan puas. Paulus yakin bahwa tangan Tuhan sedang bekerja, seburuk apapun situasi yang tengah dialaminya saat itu.

Di tengah situasi yang Anda hadapi sekarang ini – baik tentang pekerjaan Anda, kebutuhan ataupun permasalahan Anda – masih dapatkah Anda berkata seperti Paulus, bahwa Anda merasa cukup dan puas? Apakah Anda percaya bahwa Tuhan itu lebih dari sanggup untuk mencukupkan segala kebutuhan Anda menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya?

GBU all.........
 

Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.
Yakobus 1:8

Suatu saat ada perlombaan panjat tebing yang diikuti oleh para katak dari segala jenisnya. Ketika start semua penonton bersorak mendukung mereka. Tapi di tengah pertandingan, beberapa katak menyerah karena medan perlombaan sangat berat. Hanya ada lima katak terus berjuang mencapai garis akhir. Saat medan bertambah sulit para penonton yang tadinya mendukung para katak itu mulai tidak yakin akan kemampuan mereka. Mereka berteriak agar para katak menyerah saja. Bahkan sebagian memberitahu para katak bahwa medan yang berat itu berbahaya dan bisa membunuh mereka. Akhirnya hanya seekor katak yang bertahan dan memenangkan perlombaan. Setelah diteliti mengapa banyak yang gagal, hasilnya menyebutkan mereka mendengarkan perkataan penonton menjadi takut dan berhenti. Dan bagaimana dengan katak yang bisa terus dan akhirnya memenangkan pertandingan? Ternyata ia adalah seeokr katak yang tuli, ia tidak mendengar apapun yang penonton katakan. Dalam kasus ini, budek itu anugerah.

Saat kesulitan hidup meningkat, daripada percaya Tuhan kita seringkali mendengarkan suara negatif orang-orang di sekitar kita dan mempercayainya. Jadi jika anda ingin mencapai tujuan hidupmu, jangan memberi tempat kepada perkataan negatif, intimidasi dari orang lain. Yakinlah akan tujuanmu, tempatkan perkataan Tuhan sebagai panduan, dan percayalah akan jawaban doa-doamu!

Tutuplah kuping Anda untuk hal-hal yang negatif!
 

Kami telah berbicara terus terang kepada kamu, hati kami terbuka lebar-lebar bagi kamu

2 Korintus 6:11

Bacaan:
2 Korintus 6:1-13
Setahun: Yeremia 43-45; Ibrani 5

Sebuah majalah mengenai perahu melaporkan bahwa Serenity, Time Out, Serendipity, dan Reel Time adalah beberapa nama paling populer yang biasanya dipakai untuk memberi nama perahu. Belum lama ini, saya melihat nama Living Large pada sebuah perahu di sebuah dermaga kecil di Grand Haven, Michigan. Saya tidak tahu makna nama itu bagi pemiliknya, tetapi bagi banyak orang, “hidup yang luas” (living large) berarti memiliki harta benda yang terbaik, berlibur ke tempat-tempat yang paling eksotis, membeli segala sesuatu yang Anda inginkan, hidup mewah.

Akan tetapi, hidup semacam itu tidak membawa kita kepada tujuan atau kepuasan sejati. Para pengikut Yesus Kristus menjalani hidup yang penuh dengan cara berbeda, seperti terlihat dalam teladan Rasul Paulus dan rekan kerjanya, Timotius. Paulus berkata kepada jemaat Korintus, “Hati kami terbuka lebar-lebar” (2 Korintus 6:11). Alkitab versi King James menerjemahkannya demikian: “Hati kami membesar.” Mereka telah menunjukkan kasih sepenuh hati kepada jemaat, sama seperti yang dilakukan seorang ayah kepada anak-anaknya ketika ia memeluk mereka. Sekarang mereka mengharapkan tanggapan yang sama. Maka, Paulus meminta, “Sekarang, supaya timbal balik … Bukalah hati kamu selebar-lebarnya” (ayat 13).

Seseorang yang memiliki hati yang terbuka menunjukkan kasihnya melalui kata-kata dan tindakan, dengan bebas dan murah hati. Sebagai orang-orang percaya, mari kita miliki hidup yang luas dan secara bebas menyambut serta memeluk sesama dengan kasih —AMC

ORANG-ORANG YANG TIDAK MENUNJUKKAN KASIH
BENAR-BENAR TIDAK BISA MENGASIHI —Shakespeare


2 Korintus 6:1-13

6:1 Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.
6:2 Sebab Allah berfirman: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau." Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.
6:3 Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela.
6:4 Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran,
6:5 dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa;
6:6 dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik;
6:7 dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela
6:8 ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai,
6:9 sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati;
6:10 sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.
6:11 Hai orang Korintus! Kami telah berbicara terus terang kepada kamu, hati kami terbuka lebar-lebar bagi kamu.
6:12 Dan bagi kamu ada tempat yang luas dalam hati kami, tetapi bagi kami hanya tersedia tempat yang sempit di dalam hati kamu.
6:13 Maka sekarang, supaya timbal balik--aku berkata seperti kepada anak-anakku--:Bukalah hati kamu selebar-lebarnya!
 
09 November 2007 -- J U M A T

Keperluan Atau Keinginan? | Roma 8:23

Di dalam Filipi 4, Paulus berkata bahwa Allah “akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus” (ayat 19). Ketika kita membaca dan mempraktikkan ayat ini di dalam kehidupan kita, kita perlu berhati-hati untuk dapat mengartikannya dengan benar.

Yang utama adalah bahwa kita harus dapat memahami perbedaan antara “keperluan” dan “keinginan.” Keperluan adalah sesuatu yang penting untuk kita miliki agar dapat menjadi pribadi sebagaimana yang dikehendaki Allah, atau untuk menjalankan tugas panggilan kita. Di sisi lain, keinginan adalah sesuatu yang kita yakini dapat membawa diri kita kepada kesenangan. Kata yang kedua mencerminkan suatu kenikmatan yang sifatnya sementara saja dan akan segera pudar. Namun sedihnya, banyak orang yang terjebak justru untuk mengejar hal itu.

Memang tidak ada salahnya sama sekali apabila kita memiliki keinginan ini dan itu, asalkan semuanya itu masih di dalam koridor kehendak Tuhan dan mengalir dari kehidupan kita yang telah dipenuhi oleh Roh Kudus. Bapa kita di surga sangat mengasihi kita, dan Dia sangat senang untuk mencurahkan berkat-Nya atas kita (Matius 7:11). Meski demikian, ingatlah selalu bahwa tak pernah sekalipun Tuhan berjanji untuk mencukupi segala keinginan kita. Dia mungkin akan mencukupi sebagian besar keinginan kita, tetapi itu harus sesuai dengan hikmat dan kemuliaan-Nya. Jadi apabila misalnya sekarang ini Anda belum mampu membeli TV plasma 42 inci, bukan berarti Tuhan tidak setia kepada Anda!

Apakah yang Anda perlukan agar Anda dapat menjadi pribadi yang sesuai dengan panggilan Allah? Keinginan seperti apa yang akan membantu Anda untuk lebih lagi dapat menikmati kehidupan ini? Buatlah daftar berbagai keperluan dan keinginan Anda, dan pisahkanlah sesuai kategorinya, kemudian masukkanlah keduanya itu ke dalam doa Anda hari ini.

GBU aLL.......
 

Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
Roma 3:24


Intel Corp, perusahaan pembuat chip terbesar di dunia, memangkas harga mikroprosesor tercepatnya untuk kategori computer desktop dan laptop. Pemangkasan harga tercatat mencapai angka 38% per April 2003. hal ini merupakan kebiasaan yang dilakukan Intel menjelang launching-nya sejumlah prosesor baru yang performanya lebih cepat.

Harga prosesor Intel Pentium 4 berkecepatan 3 GHz dipangkas hingga 32% dari harga 589 dollar AS (sekitar Rp. 5 juta lebih) menjadi hanya 401 dollar AS (sekitar p. 3,5 juta). Sedangkan untuk jenis Pentium 4 berkecepatan 2,4 GHz harga dipangkas hingga 38%, menjadi 348 dollar AS (sekitar Rp. 3 juta) saja. Intel sebelumnya juga telah memangkas harga chip-chip ini pada bulan yang lalu. Pemangkasan harga ini otomatis berakibat pada turunnya harga PC (Personal Computer) karena mikroprosesor adalah salah satu komponen PC yang paling mahal.

Sudah wajar produk yang bernilai dihargai tinggi karena kualitas yang dimilikinya. Atau pemangkasan harga produk lama menyongsong kehadiran produk baru. Tapi Yesus menawarkan sesuatu yang sangat paradoks dengan prinsip ini. Karya penebusan-Nya di kayu salib tidak bisa diberi price tag atau label harga karena sesungguhnya tidak ternilai. Tetapi Ia sekedar memangkas harga-Nya habis-habisan, malah menawarkan secara Cuma-Cuma. Hal itu hanya karena kasih-Nya pada kita. Jadi jangan pernah menyia-nyiakan kasih-Nya.

Keselamatan yang ditawarkan Yesus, gratis! Sekarang terserah Anda.


 
Demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal
Yohanes 3:14,15


Bacaan: Bilangan 21:1-9
Setahun: Yeremia 46-47; Ibrani 6

Pada Maret 1918, Albert Gitchell, seorang juru masak tentara di Fort Riley, Kansas, didiagnosa terserang flu. Sebelum tahun itu berakhir, penyakit ini telah menyebar ke seluruh dunia, menewaskan sekitar 40 juta orang. Virus yang sangat menular ini menjadi wabah—kasus penyebaran penyakit secara global.

Seorang dokter melaporkan bahwa para pasien dengan cepat menunjukkan gejala-gejala seperti terserang flu, yang berkembang menjadi sejenis radang paru-paru terparah, kemudian mati lemas hanya dalam hitungan jam. Untungnya, influenza tersebut segera menghilang dengan cara yang sama misteriusnya ketika ia menyerang. Namun, para dokter tetap heran akan penyebabnya dan tak mampu menemukan obatnya.

Bangsa Israel kuno juga menderita wabah yang mengerikan, tetapi mereka tahu penyebabnya dan minta obatnya kepada Musa. Mereka tak tahu berterima kasih dan mengeluh kepada Allah atas manna yang telah disediakan-Nya. Dalam murka-Nya, Allah mengirimkan ular yang gigitannya akan meninggalkan luka mematikan. Lalu, Dia menyuruh Musa untuk membuat ular tembaga dan meletakkannya pada sebuah tiang. Siapa saja yang melihat tiang itu akan disembuhkan (Bilangan 21:1-9).

Berabad-abad kemudian, Yesus mengatakan bahwa ular tembaga itu adalah simbol atas kematian-Nya di kayu salib, “Demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:14,15).

Apakah Anda memercayai Yesus untuk menyembuhkan jiwa Anda? —HDF


CARILAH KRISTUS SEKARANG
ATAU ANDA AKAN TERSESAT SELAMANYA




Bilangan 21:1-9
21:1 Raja negeri Arad, orang Kanaan yang tinggal di Tanah Negeb, mendengar, bahwa Israel datang dari jalan Atarim, lalu ia berperang melawan Israel, dan diangkutnya beberapa orang tawanan dari pada mereka.
21:2 Maka bernazarlah orang Israel kepada TUHAN, katanya: "Jika Engkau serahkan bangsa ini sama sekali ke dalam tangan kami, kami akan menumpas kota-kota mereka sampai binasa."
21:3 TUHAN mendengarkan permintaan orang Israel, lalu menyerahkan orang Kanaan itu; kemudian orang-orang itu dan kota-kotanya ditumpas sampai binasa. Itulah sebabnya tempat itu dinamai Horma.
21:4 Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan.
21:5 Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak."
21:6 Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati.
21:7 Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu.
21:8 Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup."
21:9 Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
 
10 November 2007 -- S A B T U

Kebutuhan Dasar Kita | Mazmur 107:9
Setiap pribadi adalah ciptaan yang unik dan indah, lengkap dengan kebutuhan dan keinginan tertentu yang sesuai dengan kehidupannya masing-masing. Meski demikian ada beberapa kebutuhan yang sifatnya umum, yaitu:

1. Rasa Dibutuhkan. Siapapun perlu untuk merasa diterima atau dimiliki. Perasaan sukacita yang kita alami bila kita berada di tengah sahabat dan keluarga, merupakan bukti nyata akan kebutuhan ini. Kesedihan dan kegelisahan yang kita alami pada saat kita harus pindah ke tempat baru di mana tak seorang pun mengenal kita, juga menunjukkan betapa besarnya kebutuhan ini di dalam kehidupan kita.

2. Rasa Dihargai. Amatlah penting bagi siapapun untuk mampu melihat bahwa dirinya berharga. Namun sayangnya sedikit saja orang yang meyakini hal ini. Kebanyakan orang memiliki citra diri yang tidak baik, bahkan seringkali amat buruk, sehingga sukacita dari Tuhan lenyap dari kehidupan mereka.

3. Rasa Mampu. Kita perlu tahu dengan pasti bahwa kita mampu menyelesaikan setiap tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Bila kita kekurangan keyakinan akan kuasa dan janji-Nya untuk mencukupi kita, hal itu pasti akan menimbulkan pengaruh yang buruk di dalam kehidupan kita.

Tuhan Yesus telah memenuhi segala kebutuhan kita pada saat Da disalibkan di bukit Kalvari. Kita telah diterima-Nya sebagai anggota keluarga Allah. Kita menjadi amat berharga karena Yesus telah menebus kita dengan harga yang begitu mahal bagi keselamatan kita. Kita telah dimampukan oleh Roh Kudus yang telah diutus untuk tinggal dan menolong kita.

Jika salah satu kebutuhan kita di atas tidak terpenuhi, maka pertumbuhan iman kita pun menjadi timpang. Apakah saat ini Anda sedang menggumuli kebutuhan-kebutuhan ini? Serahkanlah ke tangan Tuhan hari ini. Yakinlah bahwa Dia akan memulihkan kehidupan Anda sebagaimana yang dikehendaki-Nya.

GBU all...........
 
Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya,
hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya itu

Lukas 12:15

Bacaan: Lukas 12:13-21
Setahun: Yeremia 46-47; Ibrani 6


Ketika menyusuri jalan raya di Houston, saya melewati papan iklan dengan tulisan besar berbunyi: “KEHIDUPAN YANG BAIK!” Saya tak sabar mendekatinya agar bisa membaca tulisan kecil yang menjelaskan bahwa maksud “kehidupan yang baik” adalah membeli rumah di tepi danau yang harganya mulai 300.000 dolar [kira-kira 2,7 miliar rupiah]. Saya lalu bertanya-tanya bagaimana seandainya yang tinggal di rumah-rumah itu adalah keluarga tidak bahagia, yang anak-anaknya tidak pernah bertemu orangtuanya, atau pasangan yang, meskipun tinggal di tepi danau, berharap agar mereka tidak hidup bersama.

Saya lalu teringat pada kisah dalam Lukas 12 tentang seorang lelaki yang meminta Yesus untuk memberi tahu saudaranya agar berbagi warisan dengannya. Sangat keliru jika ia meminta Yesus melakukan hal itu! Dia menjawab dengan peringatan, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya itu” (ayat 15). Dia kemudian bercerita tentang seorang kaya raya yang menurut pandangan Allah adalah orang bodoh, bukan karena ia berhasil menjadi kaya, melainkan karena ia tidak kaya di hadapan Allah.

Kita akan hidup semakin baik jika kita semakin cepat menghilangkan anggapan bahwa semakin banyak kekayaan yang terkumpul berarti semakin damai, bahagia, dan puas. Dan, kita akan semakin mampu menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sudah lama dirindukan, yaitu “kehidupan baik” yang sejati, yang hanya bisa diberikan oleh Yesus —JMS


“KEHIDUPAN YANG BAIK” DITEMUKAN
DALAM KEKAYAAN DI HADAPAN ALLAH



Lukas 12:13-21
12:13 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku."
12:14 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?"
12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
12:16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
 
shalom guys...
berhubung gw hari ini ga isa OL sampe malam...
maka gw pos duluan deh renungan utk hari minggu yah... gpp kan...

11 November 2007 -- M I N G G U

Bebas Dari Kecemasan | Lukas 11:1-5

Gideon sangat tahu kuasa dari doa. Ia sempat berdiskusi cukup lama dengan Malaikat Tuhan. Ia ingin tahu siapakah Tuhan itu dan apa yang sedang Dia kerjakan. Akhirnya Gideon pun ’berdialog’ dengan Tuhan untuk mengatasi keragu-raguannya dan sementara percakapan berlangsung, Tuhan memberikan beberapa perintah kepada Gideon. Gideon mengalami keintiman dengan Tuhan. Tuhan menjawab semua pertanyaan dan permintaan Gideon melalui doa-doanya.

Seperti yang telah Tuhan lakukan untuk Gideon, Ia juga mengundang setiap kita untuk menceritakan kekuatiran kita kepada-Nya. Ia rindu menggantikan kecemasan kita dengan damai sejahtera-Nya yang melampaui segala akal kita. Ketika kita berdoa kita mendapatkan beberapa berkat: Pertama, Tuhan memberikan kepada kita Alkitab, yang penuh dengan fakta-fakta tentang siapa Tuhan dan apa yang Ia sedang lakukan. Semakin kita mempercayai Firman-Nya kita semakin mengerti rencana-rencana-Nya, sehingga kita semakin merasa perlu untuk berdoa. Kedua, Roh Kudus yang tinggal di dalam hidup kita akan memimpin kita mengerti kebenaran Firman Tuhan. Kita akan menemukan relevansi ayat-ayat Firman Tuhan bagi situasi yang sedang kita alami, sehingga kita akan belajar berdoa dari perspektif Tuhan. Doa-doa kita akan lebih mengutamakan kehendak-Nya daripada keinginan kita. Ketiga, Juru Selamat kita selalu bersyafaat bagi kita, Roh Kuduspun membantu kita berdoa ketika kita tidak tahu apa yang harus kita doakan, jadi kita tidak berdoa sendiri.

Melalui doa kita dapat mengalami kehadiran Tuhan seperti yang dialami oleh Gideon. Begitulah kebutuhan rohani kita dipenuhi dan dibebaskan dari kecemasan untuk hidup di dalam iman.

GBU all.......
 
Jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, kamu berbuat baik
Yakobus 2:8

Bacaan: Yakobus 1:1-13
Setahun: Yeremia 50; Ibrani 8

Dalam buku Flags of Our Fathers, James Bradley menceritakan pertempuran Iwo Jima dalam Perang Dunia II dengan peristiwa pengibaran benderanya yang terkenal di Gunung Suribachi. Ayah Bradley, John, adalah salah seorang pengibar bendera itu. Namun yang lebih penting, ayah Bradley tersebut adalah seorang anggota korps kesehatan angkatan laut, yakni sebagai seorang dokter.

Di tengah-tengah sengitnya pertempuran, menghadapi berondongan tembakan dari kedua sisi, John mengambil risiko yang membahayakan dirinya agar dapat merawat orang-orang yang terluka dan sekarat. Pengorbanan diri ini menunjukkan kemauan dan tekadnya untuk memedulikan orang lain, meskipun itu berarti membahayakan dirinya sendiri.

Dokter Bradley memenangkan Navy Cross atas kepahlawanan dan keberaniannya, tetapi ia tidak pernah membicarakan itu dengan keluarganya. Bahkan pada kenyataannya, mereka baru tahu ia mendapat bintang kehormatan militer, setelah ia meninggal. Bagi sang dokter, yang penting bukan masalah memenangkan medali kehormatan, melainkan bagaimana ia memedulikan teman-temannya.

Dalam Yakobus 2:8 kita membaca, “Jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri’, kamu berbuat baik.” Yakobus mengatakan bahwa kita “berbuat baik” ketika sengaja memerhatikan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Kata baik berarti “dengan benar, mulia, sehingga tidak mungkin disalahkan”.

“Berbuat baik” tanpa mementingkan diri sendiri berarti mencerminkan hati Allah, dan memenuhi hukum kasih-Nya —WEC

sesungguhnya KASIH adalah INTI DARI KETAATAN​

Yakobus 1:1-13

1:1 Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan.
1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,
1:3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
1:4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.
1:5 Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya.
1:6 Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.
1:7 Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.
1:8 Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.
1:9 Baiklah saudara yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah karena kedudukannya yang tinggi,
1:10 dan orang kaya karena kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput.
1:11 Karena matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu, sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya. Demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap.
1:12 Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.
1:13 Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.
 
12 November 2007 -- S E N I N

Kebutuhan Kita Belum Tentu Benar! | Lukas 15:11-32

Minggu lalu kita telah belajar bahwa terdapat beberapa kebutuhan manusia yang sifatnya umum. Hari ini marilah kita mempelajari hal yang lain, yaitu bila kebutuhan kita menjadi sangat besar, dan ternyata penyebab kesalahannya terletak pada diri kita sendiri.

Masih ingatkah Anda kisah tentang Anak yang Hilang di dalam Lukas 15? Dapat dikatakan bahwa anak itu sudah punya segalanya, bukan? Ia tinggal di rumah yang indah dengan makanan serba melimpah, dan berasal dari keluarga yang kaya dan terpandang. Namun ia mulai melirik satu hal yang tidak ia miliki: gengsi. Ia ingin mencoba hidup mandiri dan keluar dari bayang-bayang ayah dan kakaknya. Walaupun ia telah memiliki segala sesuatu yang terbaik di dalam hidupnya, toh ia tetap memilih untuk pergi.

Hasilnya? Ia memang sempat merasakan kenikmatan. Namun kenikmatan itu hanya seumur jagung. Ia mendambakan untuk hidup sukses dan penuh kesenangan, tetapi ia melupakan tanggung jawab yang harus dipikulnya atas harta warisan yang ia terima. Akhirnya ia malah mengalami kepedihan dan kebutuhan besar yang tidak pernah ia alami sebelumnya. Dan ia tidak dapat menyalahkan siapapun selain dirinya sendiri.

Terluka, kelaparan, dan kesepian, pemuda ini akhirnya sadar sepenuhnya bagaimana dan di mana segala kebutuhannya dapat tercukupi. Maka tanpa ragu lagi ia bergegas pulang; siap menerima segala konsekuensi atas tindakannya selama ini.

Pada saat kita mengalami kesulitan hidup, kita cenderung menyalahkan orang lain, menjadikan orang lain sebagai kambing hitam, padahal kemungkinan besar kesalahan justru terletak pada diri kita sendiri. Bila Anda tengah mengalami situasi yang sulit sekarang ini, maukah Anda seperti anak yang hilang itu, membuang segala keangkuhan diri dan berbalik kepada Bapa? Bila Anda bersedia melakukannya, lihatlah, Bapa akan segera berlari mendapatkan Anda dan mencukupkan kembali segala kebutuhan Anda.

GBU all......
 
TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan
Mazmur 149:4

Bacaan: 1 Petrus 2:9-17
Setahun: Yeremia 51-52; Ibrani 9

Bagi sebagian orang, kata kekudusan memunculkan gambaran orang pemalu dan kaku, yaitu orang “baik” dalam arti terburuk dari kata itu, dengan wajah cemberut dan murung. Mereka penuh kebenaran diri dan kewajiban yang kaku, “berpegang pada kehidupan selanjutnya,” seperti yang digambarkan penulis Washington Post.

Kebanyakan orang merindukan kebenaran dan kebaikan. Namun, keinginan itu bisa dirusak oleh apa yang mereka lihat dalam diri sebagian orang kristiani, yang mereka anggap orang yang membenarkan diri dan suka menghakimi. Bagi orang yang belum percaya, “sifat baik” jauh lebih tidak menarik daripada sifat buruk, sehingga mereka memilih sifat buruk meskipun mereka mungkin membenci sifat buruk itu. Joy Davidman, istri C.S. Lewis, mengatakan, “Satu orang munafik yang sok suci menghasilkan seratus orang tidak percaya.”

Seandainya dunia melihat hal yang sebenarnya, yaitu kualitas hidup luar biasa yang dibicarakan Petrus, kehidupan yang begitu menawan dan menarik hati, maka banyak orang akan datang kepada Sang Juru Selamat (1 Petrus 2:12). “Seandainya saja 10% penduduk dunia memiliki [kekudusan],” C.S. Lewis bertanya-tanya, “bukankah seluruh dunia akan diubahkan dan menikmati kebahagiaan sebelum tahun ini berakhir?”

Kita bisa melakukannya! Ketika kita menyandarkan hidup kepada Roh Allah, maka kita dapat menjalani hidup yang sangat indah di hadapan dunia yang mengamati kita. Penyair Israel meyakinkan kita, “Tuhan … memahkotai orang-orang yang rendah hati” (Mazmur 149:4) —DHR


HIDUPLAH sedemikian rupa
sehingga membuat ORANG LAIN INGIN MENGENAL YESUS


1 Petrus 2:9-17
2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
2:10 kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.
2:11 Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.
2:12 Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.
2:13 Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi,
2:14 maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik.
2:15 Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.
2:16 Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.
2:17 Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
 
13 November 2007 -- S E L A S A

Tuhan Tahu Kebutuhan Anda | Matius 6:7-8

Pernahkah Anda mengamati seorang ibu yang sangat cekatan dalam mengasuh anak-anaknya yang lincah-lincah? Ibu seperti itu patut diacungi jempol. Di tengah begitu banyaknya hal yang harus dikerjakannya, ia dengan mudahnya dapat mengetahui dan mencukupi segala kebutuhan anak-anaknya. Sebotol susu hangat telah siap, tumpahan sup di lantai segera dibereskan, tali sepatu yang lepas telah diikat kembali, plus pelukan hangat bagi yang mulai menangis. Semuanya dilakukannya dalam waktu yang hampir bersamaan! Ibu seperti itu tahu benar akan kebutuhan anak-anaknya, sekalipun anak-anaknya itu tidak tahu cara mengungkapkannya.

Kadang-kadang sulit bagi kita untuk membayangkan diri kita seperti mereka, (anak-anak.) Mereka berlarian kesana kemari dan selalu saja ada yang mereka butuhkan. Padahal sadar atau tidak kita sadari, seringkali kita berkelakuan seperti mereka. Namun puji Tuhan, kita juga punya Orangtua yang tahu benar akan segala kebutuhan kita. Anehnya, kita seringkali bertindak seolah-olah kita harus menjelaskan dengan terperinci setiap masalah kita kepada Tuhan, supaya Dia tidak salah langkah untuk apa yang harus Dia lakukan guna menolong kita.

Aneh, bukan? Tanyakanlah setiap orang Kristen apakah mereka percaya bahwa Tuhan itu mahatahu, pasti mereka akan langsung menjawab, “O ya, tentu saja.” Tetapi coba dengarkanlah doa-doa mereka, mungkin Anda akan mendengar penjelasan panjang lebar tentang rincian tugas yang harus dilakukan Tuhan bagi mereka.

Yesus mengingatkan kita, “Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya” (Matius 6:7-8). Jadi jangan habiskan waktu Anda untuk mengulang-ulang doa atau menjelaskan segala sesuatu sedemikian rincinya kepada Tuhan. Sebaliknya mulailah berdoa agar Dia berkenan untuk berbicara ke dalam hati Anda yang telah siap untuk mendengar. Ingatlah bahwa Allah sudah punya segala jawabannya bagi Anda. Berikanlah kesempatan kepada-Nya untuk menyatakannya kepada Anda.

GBU...
 
Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah
Yohanes 1:12


Bacaan: Mazmur 8
Setahun: Ratapan 1-2; Ibrani 10:1-18

Dalam sebuah pidato sambutan yang ditujukan kepada para wisudawan di Miami University, seorang kolumnis bernama George Will menunjukkan statistik yang membuat kita merasa tidak berarti. Ia menunjukkan bahwa “matahari yang dikitari Bumi adalah salah satu dari kemungkinan 400 miliar bintang di galaksi Bima Sakti, yang merupakan galaksi kecil jika dibandingkan dengan galaksi lainnya.” Ia menambahkan, “Kemungkinan terdapat 40 miliar galaksi di alam semesta yang masih belum terungkap. Jika semua bintang di alam semesta hanya sebesar kepala peniti, maka semua bintang itu baru bisa ditampung di suatu tempat yang ukurannya 3 miliar kali lebih besar dari ukuran stadion football Orange Bowl di Miami.”

Ada sisi positif dari semua data yang sedemikian hebat itu. Allah, yang menciptakan dan menopang alam semesta yang dipenuhi bintang dan luasnya tak bisa dipahami itu, mengasihi kita. Dan, Dia tidak hanya mengasihi umat manusia sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari miliaran orang. Namun, Dia mengasihi kita secara pribadi. Apa yang dikatakan Rasul Paulus mengenai dirinya juga berlaku bagi kita masing-masing dalam keadaan kita yang tidak berarti apa-apa: Kristus “mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Galatia 2:20).

Secara astronomi, kita ini tidak penting. Akan tetapi, kita ini adalah objek kesayangan dari kepedulian Allah. Meskipun kita tidak memiliki alasan untuk berbangga, kita bersyukur kepada Allah karena cinta-Nya secara pribadi kepada kita dinyatakan melalui salib Kalvari —VCG


KITA TIDAK MEMILIKI APA PUN UNTUK DIBANGGAKAN
NAMUN KITA SANGAT DIKASIHI ALLAH


Mazmur 8
8:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud.
8:2 Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan.
8:3 Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.
8:4 Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:
8:5 apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
8:6 Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.
8:7 Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:
8:8 kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang;
8:9 burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan.
8:10 Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!
 
14 November 2007 -- R A B U

Bila Kebutuhan Kita Tetap Tak Terpenuhi | Yakobus 1:5-8

Bapa kita yang penuh kasih dan mahakuasa itu benar-benar mau mencukupi kebutuhan anak-anak-Nya. Tetapi mengapa masih banyak anak-anak Tuhan yang hidup dalam kekurangan? Mari kita lihat beberapa penyebabnya.

1. Kita tidak memintanya. Hal ini kedengarannya sepele, tetapi pada kenyataannya banyak orang percaya seperti ini. Mungkin ada yang beralasan, “Masih banyak pekerjaan besar yang harus dilakukan Tuhan. Untuk apa Dia menghabiskan waktu-Nya dengan persoalanku yang kecil ini?” Ini salah besar Saudaraku! Allah sama sekali tidak dibatasi waktu – Dia yang menciptakan waktu, Dia juga yang berkuasa atas waktu. Waktu—Nya tidak terbatas untuk dapat mengurusi setiap masalah. itu berarti, masalah sebesar apapun tidak akan menghabiskan waktu-Nya maupun kemampuan-Nya untuk mengurusi masalah yang lain.

2. Kita meminta, tetapi ragu apakah Allah dapat atau mau melakukannya. Ini jelas suatu pandangan yang salah. Kita seolah-olah menjumpai Allah yang Mahakuasa dan berdaulat atas semesta dan berkata, “Engkau tidak cukup besar untuk menangani masalahku.” Yakobus 1:6-8 menggambarkan orang semacam itu sebagai seorang yang “mendua hati” dan “bimbang.” Pada saat Anda menghadap Allah, yakinlah bahwa Dia pasti lebih daripada mampu untuk menolong Anda.

3. Kita meminta Tuhan mengatasi “gejala penyakit” dan bukan “sumber”nya. Ada kalanya kita berdoa dan berdoa tentang sesuatu hal, misalnya luka hati, namun tidak ada yang berubah. Kemungkinannya adalah karena kita sedang tidak memfokuskan diri pada kebutuhan yang sesungguhnya, melainkan pada gejalanya. Bicaralah lagi kepada Tuhan tentang seluruh situasi. Maka Dia akan membukakan akar permasalahan yang sesungguhnya yang mungkin tidak pernah Anda sadari sebelumnya.

Bapa surgawi rindu untuk mencukupi segala kebutuhan Anda. Jika Anda belum melihat hasilnya, cobalah memandang diri Anda dari sudut pandang-Nya. Mungkinkah ada sesuatu di dalam diri Anda yang malah menghalangi pertolongan yang telah siap Dia ulurkan?

GBU aLL...
 

TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong

Mazmur 28:7

Bacaan:
Yeremia 17:1-8
Setahun: Yehezkiel 1-2; Ibrani 11:1-19

Di awal karier saya sebagai editor di sebuah penerbit rohani, saya bertanggung jawab atas lini buku kategori “self-help” (menolong diri sendiri). Istilah itu mengganggu saya karena tampaknya bertentangan dengan pengertian kristiani secara keseluruhan.

Gagasan menolong diri sendiri menjadi populer karena itu mendukung pendapat bahwa kita sendirilah yang memegang kendali, seperti dalam kata-kata puisi berjudul Invictus: “Aku adalah tuan atas nasibku; aku adalah kapten bagi jiwaku.”

Namun, sebenarnya tidaklah demikian! Akhirnya, sesuatu terjadi dan mengingatkan bahwa hidup ini sungguh di luar kendali kita, dan tidak ada buku berkategori “menolong diri sendiri” yang bisa membantu kita memperbaikinya.

Syukurlah, orang-orang kristiani tak berurusan dengan menolong diri sendiri. Yang terjadi justru sebaliknya! Menjadi kristiani berarti menerima ketidakberdayaan kita dan mengakui ketergantungan total kita kepada Allah. “Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa,” demikian kata Yesus (Yohanes 15:5).

Bangsa Israel kuno selalu kesulitan untuk memercayai Allah dan lebih mengandalkan kekuatan manusia (Yeremia 17:5). Namun, sesudah mereka gagal, Tuhan bahkan berkata, “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!” (ayat 7).

Ketika keadaan yang amat sulit atau godaan yang sangat kuat menimpa hidup kita dan mengingatkan kita akan ketidakberdayaan yang kita sandang, kita masih memiliki Allah yang berkuasa dan membela mereka yang percaya kepada-Nya —JAL

APA PUN YANG TIDAK BERAWAL DARI ALLAH
AKAN BERAKHIR DENGAN KEGAGALAN


Yeremia 17:1-8

17:1 "Dosa Yehuda telah tertulis dengan pena besi, yang matanya dari intan, terukir pada loh hati mereka dan pada tanduk-tanduk mezbah mereka
17:2 sebagai peringatan terhadap mereka! --Mezbah-mezbah mereka dan tiang-tiang berhala mereka memang ada di samping pohon yang rimbun di atas bukit yang tinggi,
17:3 yakni pegunungan di padang. --Harta kekayaanmu dan segala barang perbendaharaanmu akan Kuberikan dirampas sebagai ganjaran atas dosamu di segenap daerahmu.
17:4 Engkau terpaksa lepas tangan dari milik pusakamu yang telah Kuberikan kepadamu, dan Aku akan membuat engkau menjadi budak musuhmu di negeri yang tidak kaukenal, sebab dalam murka-Ku api telah mencetus yang akan menyala untuk selama-lamanya."
17:5 Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!
17:6 Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.
17:7 Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!
17:8 Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.
 
15 November 2007 -- K A M I S

Tempat Untuk Memenuhi Kebutuhan Kita | Yohanes 15:14-17

Pada saat-saat penting dan menegangkan di dalam pelayanan-Nya, Yesus hanya membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Dari antara semua murid-Nya, ketiga orang inilah yang menjadi sahabat terdekat-Nya selama Dia berada di bumi. Ya, Yesus memiliki orang-orang yang dekat dengan-Nya, namun itu tidak berarti bahwa Dia pilih kasih.

Sebagaimana ketiga orang murid itu, kita pun dapat menjalin hubungan yang dekat dengan Kristus. Bahkan menurut Efesus 1:4 kita dipanggil untuk menjalin hubungan yang penuh kasih dengan-Nya. Sayangnya, seringkali orang-orang memandang Tuhan sebagai sumber pertolongan di saat masalah menerpa, dan bukannya sebagai sahabat yang dapat kita temui setiap saat. Padahal sebenarnya kita diciptakan untuk memiliki hubungan dengan-Nya seperti yang digambarkan dalam Mazmur 63:9, “Jiwaku melekat kepada-Mu.”

Manusia telah dirancangkan Allah untuk mendambakan kedekatan, dan pada umumnya setiap orang memiliki lingkaran keintiman. Lingkaran pertama sekaligus yang terdekat dengan hati diperuntukkan bagi Tuhan; yang kedua untuk pasangan, anak-anak, dan sahabat dekat; yang berikutnya bagi orang-orang yang kita dihormati atau peduli; demikian seterusnya. Walaupun ada orang yang mencoba memasukkan orang lain ke dalam lingkaran pertama, hasilnya pasti tidak akan baik, sebab posisi itu hanya dapat diisi oleh Tuhan sendiri. Hanya Dia yang dapat memberikan kepuasan dan sukacita sejati bagi hidup kita.

Tuhan senang bila Dia dapat memenuhi kebutuhan kita, orang-orang yang dikasihi-Nya. Dia telah berinisiatif untuk memanggil kita kepada-Nya, mengajarkan kita segala jalan-Nya, dan menyelesaikan karya-Nya melalui kita. Dia sama sekali tidak menghendaki kita untuk gelisah tentang segala kebutuhan yang belum terpenuhi. Bila kita belajar menaruh iman kepada pemeliharaan-Nya, maka perasaan puas akan muncul sebagai akibat dari hubungan kita yang erat dengan-Nya. Sekarang renungkanlah, apakah Tuhan telah menjadi sahabat dekat Anda?

GBU aLL.......
 

After they had prayed, the place where they were meeting was shaken. And they were all filled with the Holy Spirit.
Acts 4:31



Do you feel like you're under attack today? If so, notice four things the Apostles did when they were threatened by the authorities for doing what God told them to do:

(1) They brought God into the picture. "Lord, look on their threats" (Acts 4:29 NIV). Have you talked to the Lord about it yet? If it's not big enough to be a prayer it's too small to be a burden! God should be the first person you discuss it with, not the last. Prayer is the door through which He enters your situation, but you have to invite Him in.
(2) They prayed for greater faith. "Lord… grant to Your servants… boldness" (Acts 4:29). It's unrealistic to expect that all your questions will be answered and all your fears disappear. Fear and faith will always be at work in your life. If you want to be an overcomer, learn to starve your fear and feed your faith (Romans 10:17).
(3) They expected God to intervene. "Stretch out Your hand" (Acts 4:30 NIV). The disciples had been through a terrible storm with Jesus so they knew what He could do: "About three o'clock in the morning Jesus came toward them, walking on the water" (Matthew 14:25 NLT). And He still works the nightshift. He's available 24/7; all you need to do is call on Him!
(4) They were all filled with the Holy Spirit (Acts 4:31). There's the key; they stayed energised and directed by the Spirit of God. And you must too. It's okay to use your gifts, as long as you lean only on God!


Daily Bible Reading
:
1 Chronicles 16-18, John 10:1-10, Psalm 105:1-15, Proverbs 26:23-26
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.