• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

IF Bali

[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]Sabtu Wage, 26 April 2008[/FONT]
Forecast Denpasar* 24-31 C dan BERAWAN

Info :
Keanekaragaman Corak Lukis Bali - Dalam Pameran Lukisan Langgam 11
SEBELAS seniman Bali bergabung dalam Pameran Seni Rupa dengan tajuk ''Langgam 11''. Pameran yang dibuka pada tanggal 20 April 2008 oleh Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai S, M.A., berlangsung hingga 20 Mei 2008.
Menurut pemilik Oka's Gallery Dewa Made Sugirta, makna langgam berarti adat atau kebiasaan yang juga dapat berarti bentuk irama. Adat atau kebiasaan ini dimaksud sebagai hasil dari pencitraan terhadap seorang seniman. Sedangkan yang dimaksud dengan bentuk irama adalah corak, atau bermakna sebagai cara yang melahirkan pencitraan itu.
Sementara sebelas menunjukkan sebelas seniman peserta pameran ini. Mereka adalah I Dewa Putu Mokoh, I Made Lodra, I Made Suanda, Wayan Dolik, Made Tinggal, I Wayan Meja, Gusti Ngurah Astawa, Kadek Janggo Pramartha, Willy Himawan, I Made Aryadwita (Dedok) dan Drs. I Gusti Nyoman Widnyana (Wied. N/Gung Man).
Kesebelas seniman ini telah lama mencitrakan diri sebagai pelukis dengan kosa rupa Bali. Di antara mereka juga terdapat pendatang baru yang telah diakui prestasinya. Karya mereka diklasifikasikan sebagai karya dekoratif, naif, kubistis, kartunal bahkan diharapkan dapat memberikan napas baru bagi seni rupa Bali dengan kecenderungan pemakaian bahasa rupa kontemporer.
Anak Agung Rai sebagai salah satu pengamat dan pecinta seni mengungkapkan, pameran tersebut telah memperlihatkan suatu irisan kecil tentang realitas seni rupa Bali yang sangat kaya, beragam luas dan dinamis. Seni rupa Bali yang telah diakui oleh dunia internasional karena keunikannya. Ini terbukti pada saat pelelangan di rumah lelang internasional Christie's Singapore, lukisan yang bercorak Bali atau hasil karya seniman Bali masih dihargai cukup tinggi oleh kalangan kolektor seni dunia. Ini tandanya tantangan kalangan seni rupa Bali semakin berat di dalam mempertahankan kualitas maupun kuantitas berkaryanya, dengan tidak melupakan tradisi Bali yang merupakan dasarnya. Ke depan diharapkan terdapat program berkesinambungan yang mampu memberikan peran serta dalam merespons pertumbuhan seni rupa Bali yang senantiasa dinamis.
Sementara Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai S, M.A., yang membuka acara tersebut menyampaikan rasa bangga kepada para seniman. Rektor ISI Denpasar menambahkan akan terus mendukung dan memotivasi para seniman untuk terus berkarya, demi mengangkat citra bangsa lewat seni. (r/*Balipost)
 
Berkunjung ke Taman Kupu-Kupu Terbesar di Asia

Tabanan, Bali tak hanya dikenal dengan wisata budaya atau alamnya yang indah. Wisatawan yang datang ke Bali kini juga dapat berkunjung ke taman kupu-kupu sekaligus tempat penangkaran kupu-kupu yang merupakan terbesar di Asia.

Taman sekaligus tempat penangkaran kupu-kupu ini terletak di Desa Sesandan Leban, Tabanan. Untuk bisa menikmati keindahan beraneka ragam jenis kupu-kupu ini, wisatawan asing dikenai tiket masuk 6 dollar Amerika untuk dewasa dan 3 dollar untuk anak-anak. Sementara untuk wisatawan domestik dikenai tiket masuk 12 ribu rupiah.

Di taman seluas 4 hektar ini pengunjung dapat melihat ribuan kupu-kupu dari beberapa propinsi di Indonesia seperti kupu-kupu dari Papua, Sulawesi Selatan, Bali, dan kupu-kupu dari propinsi lainnya. Selain dapat melihat kupu-kupu yang sedang menghisap sari bunga, pengunjung juga bisa melihat proses kupu-kupu yang sedang kawin.

“Selain melihat berbagai jenis kupu-kupu, pengunjung juga dapat melihat proses penangkaran kupu-kupu. Proses penangkaran dari telur, kepompong, hingga menjadi seekor kupu-kupu memerlukan waktu selama 2 bulan,” jelas Putu Sri, salah seorang petugas taman kupu-kupu.

Setelah menjadi kupu-kupu, setiap ekor kupu-kupu hanya berumur 2 hingga 3 Minggu. Sebelum mati, pihak taman kupu-kupu menyuntik mati dan mengawetkannya menjadi barang suvenir bernilai seni tinggi.

Taman kupu-kupu yang dibuka sejak 10 tahun lalu telah dikunjungi wisatawan dari beberapa negara Eropa dan Asia. Sementara minat wisatawan nusantara ( Indonesia) sendiri untuk berkunjung ke tempat ini masih tergolong rendah. (ctg)
 
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]Senin Umanis, 28 April 2008[/FONT]
Forecast Denpasar* 24-31 C dan BERAWAN

Info :
Digelar Bursa Lowongan Kerja di Unud
Career Development Center (CDC) Universitas Udayana (Unud) bekerja sama dengan Maxi Organizer akan menggelar Bursa Kerja yang bertema ''Indonesia Career Expo 2008''. Kegiatan ini akan diikuti 30 perusahaan berskala nasional dan internasional. ''Konsep acara ini yaitu mempertemukan perusahaan yang akan merekrut karyawan dengan para pencari kerja. Dalam kegiatan ini akan diadakan interview dan tes yang akan dilakukan oleh sebagian perusahaan,'' kata Dr. Made Sucipta, S.T., M.T.

''Acara ini terbuka untuk umum yaitu lulusan SMU sederajat, D-3, S-1 dan S-2 dari berbagai disiplin ilmu, dengan ratusan lowongan kerja yang dibuka mulai staf, lapangan hingga lavel manajer,'' lanjut Bapak Made. Ini merupakan kesempatan yang baik bagi para lulusan baru maupun yang sudah bekerja tetapi ingin karier yang lebih baik untuk datang langsung dengan membanwa berkas lamaran kerja (pasfoto, CV, dll).
Acara ini digelar hanya 3 hari saja yaitu tanggal 28-30 April 2008 pukul 09.00-16.00 wita di Auditorium Unud Kampus Bukit Jimbaran. Untuk informasi lebih lanjut hubungi nol tiga enam satu-delapan kosong lima empat tujuh delapan enam. (r/*)
 
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]Selasa Paing, 29 April 2008[/FONT]
Forecast Denpasar* 25-31 C dan BERAWAN

Info :
Tiga Menteri Kumpul di Danau Batur ----Meski Diundang, Kades tak Hadir
Untuk
pertama kalinya, Menbudpar Jero Wacik melakukan absensi kehadiran Kades di sekitar Danau Batur yang telah diundang panitia dalam acara penebaran sejuta benih bibit ikan nila, Senin (28/4) kemarin. Dengan raut muka masam, Jero Wacik lalu menumpahkan kekecewaannya atas ketidakhadiran sejumlah Kades dan masyarakat.
Menurut Jero Wacik, saat ini sudah jauh berbeda dengan sebelumnya. Dulu baru mendengar akan ada pejabat apalagi Menteri dan Presiden jauh-jauh dari Jakarta turun gunung ke desa, masyarakat sudah berbondong-bondong datang. Ingin melihat dari dekat wajah sang Menteri atau Presiden. Di samping, mendengarkan program apa saja yang bakal digelontorkan pemerintah. "Yang terjadi saat ini, jangankan ingin menyaksikan dari dekat, sudah diundang malah tak mau datang. Kenyataan ini tentu sangat memprihatinkan," tandasnya.
Ditegaskannya, kedatangan tiga menteri ke Bangli bukan untuk keperluan rekreasi. Tetapi, sedang bekerja demi melihat dari dekat kondisi masyarakat. Mengaplikasikan program apa saja yang layak dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Apalagi hingga bisa menghadirkan tiga menteri sekaligus, ironis sekali masyarakat masa bodo. Itu bukan perilaku orang Bali asli," tandasnya geram.
Pemerintah, katanya, saat ini setiap hari terus memikirkan upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. "Baik Menteri apalagi Presiden sudah biasa berhari-hari tidak tidur. Bagaimana jadinya jika menteri dan presidennya tidur pulas setiap hari, alias cuek terhadap segala persoalan, masa bodo dengan rakyat," tanyanya retoris.
Diingatkannya, sudah ada orang Bangli mampu menjadi bupati, sudah ada juga orang Bangli menjadi menteri. Artinya, walau Bangli masih menjadi daerah yang miskin, jangan kemiskinan itu membuat semangat ikut kendur. Seperti yang pernah dialami dirinya dulu, benar-benar merasakan kemiskinan. Dengan semangat yang kuat, akhirnya itu mampu terlewati.
Dalam beberapa acara yang dihadiri, akunya, banyak masyarakat Bali bertanya-tanya, apa hubungannya Menbudpar dengan panen lele tiga bulan lalu di Kabupaten Klungkung. Sama halnya dengan kali ini, apa hubungannya Menbudpar dengan penyemaian sejuta bibit nila di Danau Batur? Hubungannya sangat erat, mengingat Bali sebagai daerah pariwisata. Apalagi belum lama ini, berdasarkan penilaian dunia, Bali disebut sebagai daerah wisata terbaik di dunia. Piagam penghargaan sudah diterima langsung di New York.
"Banyaknya tamu yang datang ke Bali memerlukan makan. Potensi lokal yang ada seperti nila atau lele adalah sajian bagi wisatawan itu. Makin lama wisatawan diam di Bali, makin banyak dia berbelanja dan makin banyak dia makan, maka makin banyak pula masyarakat sejahtera. Itulah tugas saya sebagai Menbudpar," paparnya. (kmb17/ Balipost)
 
Bali Kembali Raih Penghargaan Pulau Wisata Terbaik

Bali kembali meraih penghargaan terbaik dalam bidang pariwisata "The Best Exotic Destination" dari majalah Luxury Travel Magazine London, Inggris. "Para pembaca majalah pariwisata Luxury Travel Magazine yang tersebar pada 27 negara menetapkan pilihannya Bali sebagai pulau wisata terbaik," kata Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Bali Drs I Gde Nurjaya di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, penghargaan bidang pariwisata tersebut sudah diserahkan kepada Kedutaan Besar RI (KBRI) di Inggris.
"Kita tinggal koordinasi dengan KBRI kapan penghargaan tersebut dikirim ke Bali," ujar Nurjaya yang baru menerima informasi prestasi yang diraih Bali di tingkat internasional.

Ia berharap penghargaan yang diterima itu mampu meningkatkan citra pariwisata Pulau Dewata dan masyarakat dunia tetap menjadikan Bali sebagai daerah tujuan wisata yang aman dan nyaman.
Untuk itu masyarakat Bali, komponen pariwisata dan semua pihak dituntut mampu berperan serta menjaga dan melestarikan wilayah ini, sehingga Pulau Dewata tetap menjadi idaman bagi wisatawan dunia.

Bali sebelumnya dalam tahun 2007 menerima tiga jenis penghargaan serupa dari dua majalah besar di Asia dan satu lagi dari sebuah majalah terkemuka di Amerika Serikat.

Sedangkan tahun 2006 tercatat 4,7 juta pembaca majalah TIME yang terbit di Amerika Serikat menetapkan pilihannya Bali sebagai pulau wisata terbaik di dunia.

Demikian pula Travel +Leisure di Amerika Serikat juga pernah menetapkan Bali sebagai pulau wisata terbaik di belahan dunia yang layak dikunjungi masyarakat internasional.

Pemilihan pulau wisata terbaik lewat pembaca majalah TIME dilakukan secara berkesinambungan setiap tahun.
Bali sudah tiga kali ditetapkan oleh pembaca majalah TIME sebagai pulau wisata terbaik di dunia, sebelumnya tahun 2005 juga ditetapkan sebagai pulau wisata terbaik, mengungguli pulau wisata lainnya di dunia.

Pulau Dewata yang pada tahun 2007 menerima kunjungan 1,6 juta wisman itu pernah diperkenalkan ke dunia barat oleh Miguel Covarrubias, seorang penulis, pelukis dan antropolog warga negara Meksiko, lewat bukunya berjudul "Island of Bali" tahun 1970 atau 78 tahun yang silam, berhasil menyisihkan sejumlah pulau wisata lainnya di belahan dunia. (*/cax)
source : Kapanlagi.com
 
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]Rabu Pon, 30 April 2008[/FONT]
Forecast Denpasar* 25-31 C dan BERAWAN

Info :
Seabad Hardiknas di Denpasar ----Pemkot Gelar Gebyar Pendidikan
Memeriahkan
dan menyambut hari pendidikan nasional (Hardiknas) ke-100 tahun (satu abad) Pemkot Denpasar akan menyelenggarakan gebyar dan semarak pendidikan mulai 1-3 Mei mendatang. Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia pendidikan akan digelar, mulai dari gerak jalan sehat, panjat pohon pinang, pameran buku, bursa buku murah, kreativitas siswa, pameran IT hingga pementasan wayang Cenk Blong.
Kesiapan pelaksanaan gebyar pendidikan ini dikatakan Sekkot Denpasar Drs. Nyoman Aryana, M.Si. ketika memimpin rapat dengan para kepala sekolah dan pengisi kegiatan di Ruang Praja Utama Kantor Wali Kota Denpasar, Selasa (29/4) kemarin.
 
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]Senin Pon, 5 Mei 2008[/FONT]
Forecast Denpasar* 25-31 C dan BERAWAN

Info :
Renovasi dan Konservasi Museum Blanco

MENGURUS museum sungguh tak sederhana. Sebuah museum bukan sekadar menyimpan benda-benda sejarah yang bernilai tak terhingga, melainkan juga merawatnya dengan penuh cermat. ''Merawat museum lebih sulit daripada mengoleksi karya-karya seni,'' cetus Mario Blanco usai melakukan konservasi dan renovasi The Blanco Renaissance Museum yang dikelolanya.

Museum yang lebih dikenal dengan sebutan Museum Blanco dan berlokasi di jantung Ubud itu telah dikonservasi dan direnovasi sejak tahun 2000 silam. Ada 19 lukisan yang dikonservasi dan kini lukisan-lukisan tersebut kembali utuh sebagaimana sediakala. Bahkan Mario Blanco berani mengatakan bahwa seluruh koleksi Museum Blanco kini hampir 100 persen dalam keadaan baik.

Peristiwa itu mengingatkan Mario Blanco kepada seorang pengunjung Eropa. Mario Blanco menuturkan, suatu hari orang Eropa itu berkomentar bahwa koleksi lukisan-lukisan Don Antonio Blanco yang ada di dalam museum itu akan mengikis karena beberapa faktor yang kurang mendapat perhatian seperti pencahayaan, kelembaban dan faktor alam lainnya. Mula-mula Mario Blanco mengabaikan komentar itu. Namun kini omongan orang Eropa itu ada benarnya. ''Sebagai pemilik museum, kita harus tahu tentang konservasi dan renovasi bagi museum,'' ungkap Mario Blanco.

Mario Blanco sendiri akhirnya belajar tentang konservasi dan renovasi dengan mendatangkan pakar konservasi dari Eropa.
''Saya harus belajar sendiri tentang konservasi dan pengetahuan renovasi karena sebagai pengelola museum memang harus mutlak mengetahui tentang pengetahuan itu. Saya bahkan harus membeli seluruh peralatan untuk konservasi dan renovasi dari Eropa,'' ungkap Mario Blanco.
Kesungguhannya untuk mempelajari bidang itu karena didorong oleh rasa tanggung jawabnya untuk menyelamatkan koleksi karya-karya seni yang disimpan di dalam Museum Blanco.

Menurut Mario Blanco, hal utama dari tantangan merawat koleksi museum ialah faktor alam. Apalagi di daerah kathulistiwa seperti Indonesia ini di mana keadaan iklim sangat kuat mempengaruhi apa yang kita miliki. ''Karena itu jika pengetahuan tentang bagaimana kita merawat kurang memadai kita ketahui, maka apa yang kita miliki akan cepat rusak,'' kata Mario Blanco.

Museum Blanco dikenal sebagai museum yang mengoleksi karya-karya pelukis maestro Don Antonio Blanco. Tiap hari museum ini dikunjungi ratusan orang dari berbagai belahan dunia, bahkan tidak sedikit orang-orang penting seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang beberapa bulan lalu menyempatkan diri mengunjungi Museum Blanco dan mengakui betapa agungnya karya-karya Sang Maestro. (r/*)
source : BaliPost
 
Pertama di Dunia Ada di Bali
Penebel, Vita Life Spiritual Healing World Centre yang akan dibangun sebanyak 12 tempat diseluruh dunia, memilih Bali sebagai lokasi pertama dibangunnya kawasan tersebut.

Adalah Banjar Wangaya Betan, Desa Mangesta, Kecamatan Penebel, Tabanan dipilih karena masih memiliki kawasan yang alami, sejuk dan nyaman.

Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Direktur PT Bali Permata Indah, Rony Tong pada acara peletakan batu pertama pembangunan proyek Vita Life Spiritual Healing World Centre di Banjar Wangaya Betan, Desa Mengesta, Penebel, Jumat (18/4).

Dikatakannya, kawasan yang akan dibangun mencapai luas 18 hektar dengan investasi 100 ribu US Dolar.

"Ini yang pertama di dunia, kita juga akan membangun 11 lagi di lain negara," jelas Rony Tong.

Dikatakanya, dipilihnya Tabanan sebagai lokasi dibangunnya Vita Life Spiritual Healing World Centre, karena tempat itu paling cocok disamping memiliki pemadangan yang asri alami juga tepat bagi wisatawan yang menginginkan suasana pedesaan.

Pembangunan proyek ini sendiri akan dilaksanakan mulai dari bulan Juni 2008 dan selesai pada tahun 2010 nanti. Pangsa pasar yang hendak disasar denga keberadaan pembangunan Vita Life adalah wisatawan kelas menengah ke atas.

"Kita targetkan wisatawan Asia Selatan, sisanya wisatawan dari Eropa, Amerika, dan lainnya," jelas Rony. Dalam kesempatan itu dia juga menyatakan akan memberikan kesempatan kepada masyarakat setempat seperti Wangaya Betan, Belulang, Mangesta yang memiliki keterampilan dan keahlian akan diterima berkerja di Vita Life.
"kita juga akan membeli produk pertanian hasil petani disini," jelasnya. (nod)
 
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]Selasa Wage, 6 Mei 2008[/FONT] Forecast Denpasar* 25-31 C dan BERAWAN

Info :
Pejabat Deplu Jepang Kunjungi Sekolah Raj Yamuna

Tiga pejabat Departemen Luar Negeri Jepang mengunjungi Sekolah Raj Yamuna, Senin (5/5) kemarin. Mereka itu adalah Vice-Minister for Foreign Affairs Member of the House of Representatives of Japan Osamu Uno, Secretary Ministry of Foreign Affairs of Japan Isamu Ishikawa dan Deputy Director of Second South-East Division, Ministry of Foreign Affairs of Japan Seiichiro Taguchi.

Kedatangan mereka didampingi Konsul Jenderal Jepang di Denpasar dan diterima Pimpinan Sekolah Raj Yamuna I Made Okin Adiyana beserta guru, pegawai dan para siswa. Kedatangan rombongan disambut dengan musik drum band. Rombongan juga dihibur oleh para siswa dengan tarian Bali, vokal grup, dan tarian Jepang. Di sekolah ini pejabat Deplu Jepang sempat melihat ruang perpustakaan dan laboratorium.

Pimpinan
Sekolah Raj Yamuna Okin Adiyana mengatakan, kunjungan ini memiliki arti strategis bagi sekolahnya dalam rangka terus meningkatkan diri.Paling tidak Raj Yamuna mendapat spirit dari kunjungan pejabat dari Jepang tersebut, sehingga terdorong lebih maju.

Dikatakannya, Sekolah Raj Yamuna sudah 30 tahun menggalang kerja sama dengan sekolah di Jepang, dan belakangan melakukan kerja sama dengan Australia. ''Kerja sama dalam bidang pendidikan dan budaya yang dilakukan selama ini rupanya sampai didengar oleh pejabat Deplu Jepang, sehingga mereka ingin melihat dari dekat sekolah kami melalui kunjungan ini. Ini sebuah spirit bagi kami untuk terus berupaya meningkatkan diri,'' kata Okin.

Pendidikan seutuhnya (membentuk manusia seutuhnya) merupakan sasaran yang ingin dicapai sekolah ini. Dengan pendidikanlah diharapkan anak-anak mencapai kesempurnaan hidup. Hal ini sejalan dengan filosofi yang diemban Sekolah Raj Yamuna yakni madokin. Mado yang artinya pintu gerbang dan kim berarti emas. Pendidikanlah satu-satunya pintu gerbang emas untuk mencapai kesempurnaan hidup.

Vice-Minister for Foreign Affairs Member of the House of Representatives Jepang Osamu Uno mengatakan salut atas kerja sama yang dilakukan Sekolah Raj Yamuna dengan sekolah di Jepang dalam rangka lebih meningkatkan mutu pendidikan dan pertukaran budaya--Indonesia-Jepang. Setelah melihat dari dekat sekolah ini, pihaknya yakin pendidikan di Raj Yamuna akan berkembang. Para siswa betul-betul dikembangkan potensinya, sehingga mereka nantinya menjadi anak bangsa berkualitas. (08/*)
sourcer : BaliPost
 
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]Rabu Kliwon, 7 Mei 2008
[/FONT]
Forecast Denpasar* 25-31 C dan BERAWAN

Info : Jangan Permisif Menjaga Kawasan Suci
KAWASAN suci di Bali disasar investor, bukan hal baru. Kasus vilanisasi di kawasan suci Pura Uluwatu, Badung memperkecil akses masyarakat Bali terhadap kawasan sucinya. Istilah vilanisasi barangkali sesuai dengan kenyataan bahwa di sana dibangun vila yang jumlahnya belasan. Sorotan maupun reaksi yang muncul wajar, jika mengingat kawasan suci di Bali memiliki nilai yang tinggi di hati umat Hindu. Sayangnya, masyarakat selalu dalam posisi ''kalah'', lebih tepatnya ''dikalahkan'' oleh sikap permisif dari pemegang kebijakan. Hal ini dikarenakan sudah demikian kuatnya ideologi pasar yang mempengaruhi kebijakan.

Dalam kasus vilanisasi Pura Uluwatu pun tidak bisa dilepaskan dari ideologi pasar. Ideologi pasar mengajak manusia Bali untuk menganut rasio instrumental, yakni melihat segala sesuatu sebagai alat, yakni alat untuk mendapatkan uang. Semisal, ketika seseorang melihat lahan kosong di sekitar pura, maka dia tidak melihatnya sebagai radius suci yang harus dilindungi, melainkan sebagai alat untuk mendapatkan uang.

Kita khawatir, apabila vilanisasi atas radius suci Pura Uluwatu tidak berhasil dibendung, kasus yang sama akan terjadi pada kawasan suci atau radius pura lainnya.

Kita tahu, orang Bali (baca: umat Hindu) sangat berpegang pada ideologi Tri Hita Karana yang meyakini betapa pentingnya radius kesucian suatu pura. Hal ini tidak semata-mata karena nilai ekologis dalam konteks pelestarian lingkungan, tetapi terkait pula dengan penodaan terhadap Tri Hita Karana. Sebab, jika radius suci suatu pura mengalami vilanisasi, maka palemahan pura akan terganggu, yakni berubah menjadi bangunan (hutan beton). Gejala ini berarti pula menimbulkan gangguan terhadap aspek parahyangan. Hubungan antara manusia dan Tuhan menjadi disharmonis, karena manusia menodai wilayah-Nya.

Di sisi lain, sangat paradoks, di saat banyak masyarakat sangat sulit untuk memperoleh aset yang dapat dikuasai atas tanah, baik untuk ladang pertanian untuk dikelola sebagai mata pencarian mereka untuk hidup anak dan keluarga, justru ada segelintir orang (investor) yang dengan mudahnya menguasai tanah yang begit luas sampai berpuluh-puluh hektar, bernilai religius pula.

Kita memberi apresiasi terhadap wacana penolakan DPRD Badung terhadap vilanisasi di kawasan suci Pura Uluwatu. Sebaliknya sangat menyesalkan sikap permisif Pemkab Badung yang membela kebijakannya dengan alasan sudah sesuai dengan aturan, tanpa mempertimbangkan lebih jauh kemungkinan penodaan terhadap parahyangan milik-Nya.

Walaupun sudah ada kontrol dari DPRD, namun kontrol dari masyarakat, LSM dan media massa terhadap pemerintah, bahkan juga terhadap DPRD sendiri tetap sangat diperlukan. Kontrol sosial eksternal selalu diperlukan guna mencegah legislatif maupun eksekutif atau oknum-oknumnya terjerat dalam ideologi pasar yang bisa memunculkan kebijakan-kebijakan publik bersifat permisif, sehingga merugikan masyarakat banyak, khususnya dalam konteks religius. Namun, kita lebih mengharapkan kontrol internal karena jauh lebih penting daripada kontrol sosial eksternal.

Ke depan, diperlukan pengaturan alih fungsi lahan, kepemilikan tanah maupun peruntukan tanah di radius kawasan suci, sehingga tidak menyakiti perasaan religius umat Hindu. Sudah semestinya DPRD Kabupaten Badung dan DPRD kabupaten/kota di Bali untuk bersama-sama pihak eksekutif mendorong langkah-langkah positif agar mengurangi penguasaan tanah, apalagi yang termasuk radius kawasan suci. Dalam hal ini opsi-opsi harus dicari oleh pemda kota/kabupaten di Bali dan anggota DPRD sehingga tidak membenturkan antara kepentingan profit (pemasukan PAD misalnya) dan kepentingan religius masyarakat luas. Radius kawasan suci pura bukan untuk berbisnis, karenanya jangan permisif terhadap kemungkinan penguasaan investor. *BaliPost
 
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]Jumat Paing, 9 Mei 2008
[/FONT]
Forecast Denpasar* 24-31 C dan BERAWAN

Info : Kawasan Gua Mesolitik Jimbaran Kini Dibangun Pura

Puluhan gua yang ditemukan di kawasan Bukit Jimbaran dan pernah dimanfaatkan sebagai tempat hunian pada masa mesolitik sekitar 6.000 tahun silam hingga jaman kolonial, dan kawasan itu dibanguni Pura.

"Masyarakat setempat membangun tempat suci di bagian mulut gua, sehingga gua menjadi tertutup oleh bangunan pura," kata Rochtri Agung Bawono dosen Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana di Denpasar Sabtu (16/12/06).

Ia mengatakan, selama setahun melakukan penelitian (2005-2006) di kawasan Bukit Jimbaran berhasil mengindentifikasi tidak kurang dari 70 buah gua.
Beberapa gua yang bagian ujung yang berfungsi sebagai pintu ke luar diatasnya dibanguni tempat suci, sehingga sulit melakukan penelitian lebih mendalam.

"Jika melakukan penelitian lebih lanjut ke dalam gua, perlu koordinasi dengan tokoh masyarakat setempat untuk membongkar bangunan yang menutupi pintu masuk ke goa," ujar Rochtri Agung Bawono.

Penelitian terhadap gua yang dilakukan selama setahun itu menunjukkan gua yang ukurannya sangat sempit di pintu masuk, yakni hanya berukuran sekitar 75 sentimeter, namun makin ke dalam ukurannya semakin besar.

Bahkan di dalam gua yang kondisinya gelap terdapat jebakan berupa lubang yang dalamnya mencapai empat meter. Selain itu dalam satu gua ada yang mempunyai tiga pintu keluar masuk sehingga di dalam gua ada persimpangan.

Rochtri Agung Bawono menjelaskan, dari 70 gua yang telah diteliti antara lain diketemukan 23 situs dan delapan ceruk hunian serta berbagai alat-alat keperluan sehari-hari yang terbuat dari kerang.

Hasil temuan itu dapat dibagi menjadi tiga masing-masing berasal dari zaman prasejarah, masa klasik dan masa kolonial. Gua hunian pada masa prasejarah diidentifikasi berdasarkan temuan tulang, kerang, alat batu, alat-alat dari tulang, alat kerang, gerabah dan perhiasan.
Gua-gua tersebut dimanfaatkan secara permanen maupun sementara oleh manusia prasejarah. Gua hunian masa klasik merupakan kelanjutan hunian dari tradisi prasejarah yang masih berlangsung hingga jaman kolonial.

Pada jaman kolonial gua yang ada digunakan sebagai tempat persembunyian untuk menghindari kekejaman kaum penjajah, ujar Rochtri Agung Bawono. (*/rit) Kapanlagi.com
 
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]Sabtu Pon, 10 Mei 2008[/FONT]
Forecast Denpasar* 24-31 C dan BERAWAN

Info : Joged Bumbung Kini tak Porno Lagi

joged.JPG


Tari joged bumbung pernah menjejak masa kejayaannya beberapa tahun silam. Tari pergaulan khas masyarakat Bali yang gemelan pengiringnya didominasi instrumen bambu ini, kerap kali dijadikan "menu utama" untuk menyemarakkan perhelatan-perhelatan penting seperti resepsi perkawinan, perayaan HUT sekaa teruna di banjar-banjar hingga peringatan hari-hari besar nasional yang dirangkaikan dengan gelaran pesta rakyat. Gamelan joged bumbung yang energik dan dinamis ditingkahi dengan gerak penarinya yang lemah-gemulai dan terkadang menyentak memang jadi jaminan terciptanya sebuah pesta yang meriah. Tarian ini begitu populer karena sangat menghibur dan melibatkan para penonton untuk ikut berjoged serta larut dalam irama tari nan rancak.

=====================================================


TERNYATA, gerak-gerik penari joged tak hanya mampu "menghipnotis" komunitas pencinta seni di Bali semata. Pesona tarian yang umumnya ditarikan secara tunggal dengan melibatkan seorang penonton sebagai pengibing secara spontan ini juga mampu menancapkan pesonanya di hati wisatawan mancanegara maupun domestik. Makanya, tidak mengherankan jika pihak pengelola hotel tergerak "meminang" penari joged beserta sekaa yang terlibat di dalamnya untuk pentas di hotel-hotel. "Dihidangkan" dan "dikonsumsi" secara khusus guna memuaskan "dahaga" para turis akan sebuah tontonan seni yang berkualitas dan menghibur.


Sayang, di saat popularitas joged bumbung berada di puncak, pesona tari pergaulan ini justru "dirusak" oleh oknum-oknum yang "berkreasi" secara "liar". Pakem-pakem joged bumbung yang semula menonjolkan kekuatan gerak tari dengan tetap menjaga estetika dan etika ketimuran diporak-porandakan dengan gerakan-gerakan erotis nan sensual bahkan cenderung mengarah ke porno aksi. Keindahan gerak tari tak lagi jadi prioritas. Para penari seolah berlomba-lomba mempertontonkan gerakan-gerakan "terpanas" layaknya seorang penari striptease. Gerakan ngangkuk dan goyang ''ngebor'' yang semula tidak dikenal dalam tarian Bali, berubah jadi hal yang lumrah dalam tarian joged bumbung. Etika dan estetika seperti tak penting lagi. Yang penting, penonton senang dan penampilan penari joged menuai aplaus dan suit-suit panjang dari penonton.


Lebih menyedihkan lagi, ada penari joged bumbung yang tanpa perasaan bersalah nekat mempertontonkan "area terlarangnya" seperti yang sempat terekam di HP yang sempat menghebohkan jagat seni pertunjukan Bali beberapa tahun lalu. Citra joged bumbung pun langsung terbanting. Stempel negatif langsung disematkan bahwa joged bumbung merupakan tarian erotis, porno dan murahan. Karena nila setitik, sebelanga susu pun jadi rusak. Padahal, masih banyak pragina joged yang dengan kesadaran tinggi tetap berkreasi di jalur yang benar. Tetap mengedepankan etika dan estetika serta sepenuhnya mengabdi pada keluhuran seni. "Lahirnya gerakan-gerakan porno dalam tarian joged bumbung tentu sangat disayangkan. Pelaku kesenian seperti ini, sejatinya telah menjatuhkan citra adiluhung dari kesenian itu sendiri," kata Putu Supadma Rudana, MBA ketika dihubungi Bali Post, Jumat (9/5) kemarin.


Pencinta seni budaya Bali ini berharap para pragina joged bumbung tidak lagi berkreasi secara "liar" dengan melabrak tatanan kesusilaan yang selama ini dipegang teguh oleh masyarakat Bali. Guna menggapai popularitas, penari joged tak perlu bergoyang secara berlebihan yang membuat mata penonton melotot dan darahnya "muncrat" hingga ke ubun-ubun. "Sejatinya, gerak tari joged bumbung sudah dirancang begitu estetis dan artistik. Jadi, tidak perlu dibumbui dengan gerakan-gerakan sensual dan erotis yang justru membuat kesenian ini terkesan murahan," tegasnya.


Jalan Pintas
joged2.JPG


Menyelusupnya unsur pornoaksi dan pornografi ke dalam gerak tari joged bumbung juga sangat disesalkan oleh Drs. I Dewa Putu Beratha, M.Si. Mantan Kepala Taman Budaya Bali ini juga meminta para pragina yang sempat "tersesat" mau kembali ke jati diri joged bumbung yang sesungguhnya. Demi menggapai popularitas, kata dia, sebuah sekaa joged bumbung tidak mesti menempuh jalan pintas yang justru sangat potensial membuat eksistensi kesenian joged bumbung itu makin terpuruk.



"Sudah saatnya, mereka kembali ke pakem-pakem joged bumbung yang telah ada. Kalaupun mereka ingin menampilkan inovasi-inovasi baru, hal itu tidak boleh sampai melabrak tatanan kesusilaan yang selama ini dijunjung tinggi oleh masyarakat Bali. Kita harus menegakkan komitmen, joged bumbung masa kini tak boleh lagi berkubang dalam nuansa yang nyerempet-nyerempet pornoaksi dan pornografi," tegasnya.


Menurut Beratha, gerakan penyadaran itu tidak semata dilakukan oleh pragina joged bumbung sendiri. Kaum pria Bali yang selama ini begitu tergila-gila ngibing juga wajib instrospeksi diri. Pasalnya, para pengibing ini juga memberi andil besar terhidangnya sebuah pementasan bergelimang pornoaksi dan pornografi di atas panggung lewat serangkaian gerakan-gerakkan "nakal" yang mereka peragakan.
"Seorang pengibing boleh saja menampilkan gerakan-gerakan kocak dan konyol di atas panggung untuk memancing derai tawa penonton. Tetapi, gerakan kocak itu tidak identik dengan gerakan-gerakan porno dan jorok. Ingat, pementasan joged bumbung ini juga ditonton anak-anak kecil yang belum saatnya menyaksikan gerakan-gerakan tak senonoh seperti itu," ujarnya.


Beratha yang juga secara intensif mengamati perkembangan seni pertunjukan Bali ini berharap para pragina dan pengibing joged bumbung benar-benar nyentokin igelan. Artinya, mereka harus berkompetisi untuk menunjukkan kepiawaiannya menari Bali di atas panggung sesuai pakem-pakem yang telah digariskan. Makanya, tidak berlebihan jika gerak tari seorang pengibing justru bisa "menenggelamkan" gerak tari penari joged bumbung itu sendiri.


"Zaman dulu, para pengibing memang benar-benar nyentokin igelan. Mereka benar-benar memiliki keterampilan menari sehingga layak tampil di depan khalayak ramai. Tidak seperti saat ini, seorang pengibing sudah merasa percaya diri tampil di atas panggung hanya bermodalkan sekadar bisa ngebatang lima. Karena sama sekali tidak memiliki keterampilan menari, pengibing dengan karakter seperti ini cenderung menyembunyikan ketidakbecusannya menari dengan melakukan gerakan-gerakan nakal yang justru direspons dengan meriah oleh penonton. Para pengibing juga ikut memporak-porandakan tatanan estetika pertunjukan joged itu sendiri," katanya.


Dalam konteks pelestarian kesenian joged bumbung dengan "cita rasa" yang kental nuansa estetika dan etika ke-Bali-annya, kata dia, sudah sewajarnya panitia Pesta Kesenian Bali (PKB) memasukkan program kegiatan "Lomba Joged Bumbung dan Ngibing" dalam sajian PKB. Pada event ini, masyarakat Bali bisa menonton pertunjukan joged bumbung yang sejatinya. "Sekaa yang penarinya menampilkan gerakan-gerakan menjurus porno langsung didiskualifikasi. Ketentuan yang sama juga berlaku bagi para pengibing yang menampilkan gerakan-gerakan tak etis," katanya menyarankan.


Bukan Tarian Porno
Pendapat senada juga dilontarkan oleh Putu Supadma Rudana, MBA. Mencuatnya aksi pornografi dalam pementasan joged bumbung juga menjadi keprihatinan pencinta seni budaya Bali ini. Guna mengembalikan citra positif kesenian ini, dia pun menggagas "Pagelaran Seni-Budaya Joged" di Museum Rudana, Ubud, Sabtu (26/4) lalu. Acara yang tergolong langka itu dibuka Menbudpar Ir. Jero Wacik.
"Saya ingin menggaungkan seni tari pergaulan joged ini ke pentas PKB, ajang nasional bahkan tingkat dunia. Hal itu semata-mata untuk mengangkat nilai-nilai luhur joged sebagai tarian pergaulan yang punya etika dan estetika yang tinggi. Bukan porno. Dengan joged tersebut, berbagai hal bisa disinergikan seperti seni lukis, tabuh hingga makanan khas Bali," ujarnya.


Pada event itu, pihaknya memboyong para mahasiswi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar untuk menarikan joged bumbung. Saat itu, tergambar jelas bahwa kesenian ini punya gerakan yang sopan dan bernilai seni tinggi. Ini juga membuktikan bahwa joged bukanlah tarian porno seperti yang pernah melekat di hati masyarakat Bali belum lama ini.


"Tari joged bumbung memang mengandung nilai-nilai etika dan estetika. Sebagai tarian, joged bumbung dikenal mempunyai gerakan-gerakan indah sedemikian rupa sehingga bisa memberikan hiburan sekaligus sebagai tari pergaulan. Sampai sekarang tarian ini masih digemari masyarakat secara luas. Tapi perlu dicatat bahwa estetika tarian joged mengandung etika yang harus ditegakkan," tegasnya.
Supadma menambahkan, pada tarian joged juga dikenal dengan adanya ibing-ibingan di mana penari joged akan mengundang salah seorang penonton yang disebut dengan pengibing. Dia ikut diundang menari secara artistik di panggung. Dalam inilah akan tersirat estetika dan etika yang merupakan salah satu kekuatan tarian ini.


"Mesti dicatat pula, tarian joged bumbung banyak memberikan inspirasi bagi seniman untuk menciptakan kreasi baru. Sebut saja pelukis, terinspirasi melahirkan karya-karya dari lemah-gemulainya gerak para penari joged bumbung," katanya lagi.
Mati Suri
Tetapi kita selayaknya mengelus dada, karena sekaa joged bumbung yang ada di desa-desa belakangan ini mati suri. Jumlahnya bahkan bisa dihitung dengan jari. Berapa tahun belakangan ini, kata Supadma, joged bumbung mulai ditinggalkan oleh para penggemarnya, mungkin karena kesan porno masih melekat sehingga dikhawatirkan merusak moral bangsa terutama generasi muda.


"Bisa jadi, masyarakat jenuh menyaksikan joged bumbung karena kurang kreasi atau penarinya kurang jago menari. Hal ini diperparah lagi dengan munculnya gerakan-gerakan porno yang membuat para pencinta seni tidak lagi tertarik menonton kesenian ini," ujarnya.


Untuk kembali menggairahkan pertunjukan kesenian ini, kata dia, joged bumbung perlu lebih banyak ditampilkan dalam acara-acara tertentu yang menyangkut hiburan untuk masyarakat luas. Pementasan di desa, di kota maupun di hotel/restoran jangan diabaikan. Dengan pementasan yang rutin, joged akan semakin menarik dan tetap dikagumi masyarakat. "Tetapi, ingat jagi ada lagi unsur-unsur pornografi di sana. Joged bumbung harus mampu mensterilkan diri dari gerakan-gerakan yang tidak senonoh dan tidak beretika," tegasnya lagi.


Walau tak semarak di desa-desa, kata Supadma, pementasan joged bumbung sesungguhnya tetap berlangsung di pusat-pusat wisata seperti Kuta, Ubud, Sanur dan Nusa Dua, terutama untuk konsumsi turis. Pementasan itu terbilang cukup laris dan digemari wisatawan, karena tarian ini bisa melibatkan turis untuk ikut ngibing, berjoged dan saling bercanda dengan seniman. Inilah kelebihan joged sebagai tari pergaulan yang tak mengenal batas usia maupun kewarganegaraan.


"Tak hanya itu, para seniman, khususnya pelukis seperti halnya yang dilakukan IB Indra (IBI) yang berpameran di Museum Rudana, Ubud ini. Dia juga banyak mengangkat tema joged, sehingga karyanya yang mempunyai ciri khas dan ekspresif. Saya berharap, joged bumbung bisa terus berkembang dan makin kreatif sehingga tak lekang ditelan zaman. Yang terpenting lagi, jangan pernah lagi menyisipkan unsur-unusur pornografi di dalamnya yang justru bisa jadi batu sandungan bagi kesenian ini untuk melanglang buana di jagat seni pertunjukan dunia," ujarnya. w. sumatika
source : BaliPost
 
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]Rabu Paing, 14 Mei 2008[/FONT]
Forecast Denpasar* 24-30 C dan BERAWAN

Info : Menjaga Ruang Dalam Harmoni

RUANG bagi masyarakat Bali (baca: umat Hindu) memiliki makna khusus. Salah satu yang menjadi pertimbangan orang memanfaatkan ruang adalah karena alasan ekologis dan religius magis. Tetapi di dalam perkembangannya, pertimbangan ini juga digunakan oleh kalangan yang bergerak di dunia perlancongan. Dari sana kemudian maraknya pelanggaran Perda Tata Ruang di Bali yang tak pernah henti.

Kawasan terlarang ini berangkat dari konsep pemikiran orang Bali yang berpegang pada ideologi Tri Hita Karana. Hal ini tidak semata-mata karena nilai ekologis dalam konteks pelestarian lingkungan, tetapi terkait pula dengan penodaan terhadap ideologi Tri Hita Karana. Gejala ini berarti pula menimbulkan gangguan terhadap aspek harmonisasi hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, karena penodaan terhadap wilayah-Nya. Disharmoni dengan sesama antara lain dapat memunculkan konflik dan disharmoni dengan alam itu sendiri sehingga dapat mengakibatkan bencana.

Ketidakkonsistenan implementasi perizinan di lapangan yang tidak berpegang pada ideologi Tri Hita Karana mengakibatkan kehidupan manusia Bali berada di tengah perebutan dua ideologi, dengan pandangan yang bertolak belakang dalam melihat keberadaan suatu lingkungan. Konsep Tri Hita Karana menganut asas holistik, dalam artian, manusia adalah bagian integral dari lingkungan alam dan memiliki hubungan timbal balik secara sistemik dengan berbagai komponen yang ada di dalamnya. Karenanya, manusia wajib membina hubungan harmonis dengan lingkungan beserta isinya, guna menjamin kelangsungan hidup manusia. Sebaliknya, ideologi pasar mengajak manusia Bali untuk melihat segala sesuatu sebagai alat, yakni alat untuk mendapatkan uang.

Pembangunan berorientasi pasar memang telah menjadi gejala global yang bercirikan dunia terbuka, hilangnya batas-batas, dengan persaingan bebas. Maraknya pengalihan ruang-ruang terlarang bahkan kawasan suci ke tangan investor mengindikasikan bahwa kurangnya komitmen para elite dari atas sampai bawah untuk menjaga tata ruang Bali yang penuh harmoni. Para pemegang kebijakan belum keluar dari perangkap ideologi pasar yang semata-mata berorientasi profit.

Pelanggaran tersebut dengan berdalih demi menyejahterakan rakyat atau untuk kepentingan masyarakat luas. Tetapi dalam implementasinya lebih sering mengakibatkan terganggunya tata ruang bahkan menyakiti perasaan masyarakat akibat hilangnya akses mereka ke ruang-ruang publik yang sudah beralih menjadi ''milik'' investor.

Padahal, apabila merujuk UUD 45 pasal 33 menyebutkan bahwa; udara, air, permukaan bumi dan yang terkandung di dalam bumi, dikuasai negara, untuk sebesar-besarnya kemakuran rakyat. Dengan demikian seharusnya pemerintah daerah memegang peranan dalam menjaga tata ruang Bali sehingga sesuai dengan peruntukannya, mana untuk kawasan suci, pemukiman, kawasan bisnis dan seterusnya. Pemda berperan sebagai pengatur sekaligus penjaga kelestarian tata ruang, bukan malah mengeluarkan izin-izin yang dalam implementasinya ternyata menimbulkan protes masyarakat karena dinilai menimbulkan disharmonisasi.

Karenanya, kita berharap, apabila terjadi pelanggaran tata ruang akibat implementasi si lapangan yang menyimpang, pemerintah berani melakukan evaluasi kembali, bila perlu mencabut izin yang sudah dikeluarkan. Agar tata ruang Bali tidak semakin rusak.
 
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]Kamis Pon, 15 Mei 2008[/FONT]
Forecast Denpasar* 24-31 C dan BERAWAN

Info : Keamanan dan Fasilitas Tentukan Gairah Wisata MICE

Seiring dengan kian kondusifnya situasi keamanan di Indonesia, terutama kota-kota favorit seperti Jakarta, Yogyakarta dan Bali, wisata MICE makin bergairah. Berbagai kegiatan berskala internasional, regional Asia-Pasifik maupun domestik digelar di Indonesia. Event yang masuk dalam kategori wisata MICE (Meetings, Incentives, Conventions and Exhibitions) juga akan menghiasi hari-hari Indonesia dalam satu dua tahun ke depan. Namun, dibalik prospek yang cerah itu masih ada kendala. Apakah itu?
--------------------------------------------------------

MENURUT Sekjen DPP SICPO Sjenny Handoko, pertumbuhan pasar MICE di Indonesia belakangan ini sangat luar biasa. Terutama kota-kota atau daerah yang fasilitas MICE-nya cukup memadai seperti Jakarta, Bali, Medan, Surabaya dan Yogyakarta. "Sekarang banyak hotel yang mengembangkan fasilitas MICE seperti ruang ekshibisi dan meeting room," ujar Sjenny di Kuta, belum lama ini.
Selama ini memang ada hotel-hotel yang memiliki fasilitas MICE memang masih terbatas. Untuk di Bali saja, misalnya, hotel yang memiliki meeting room dengan daya tampung seribu orang baru terdapat di Bali International Convention Centre (BICC) Nusa Dua. Sementara hotel bintang lima lainnya juga memiliki fasilitas serupa namun hanya bisa menampung antara 50 - 500 orang.

Segmen MICE tak hanya berasal dari luar negeri, seperti pertemuan internasional atau kegiatan incentives oleh perusahaan-perusahaan global, tetapi juga berasal dari kota-kota di Indonesia. Sebutlah misalnya perusahaan-perusahaan besar, baik di bidang perminyakan, perbankan, rokok, industri berat, bahkan kampus-kampus terkemuka juga memilih hotel di Bali untuk menggelar kegiatan mereka.
Sjenny yakin, seiring dengan makin kondusifnya keamanan secara nasional, termasuk di Bali, segmen MICE akan makin bergairah. Sejumlah kegiatan akbar internasional sekelas UNFCC yang pernah digelar di Bali siap dilaksanakan di Indonesia sepanjang tahun 2008 ini. Penyelenggara internasional juga makin memiliki pilihan, karena kota lain selain Jakarta dan Bali sudah siap pula menjadi tempat MICE.

Fenomena
menarik lainnya diungkapkan praktisi perhotelan Luh Suciari. Manajer MICE & Marcom salah satu hotel di Tuban ini mengatakan, kegiatan weding di hotel makin populer di Bali. Keluarga-keluarga dari kelompok the have, baik di Bali maupun dari kota-kota lainnya di Indonesia memilih hotel sebagai tempat penyelenggaraan pesta, mulai dari pesta ulang tahun sampai pernikahan.
Tak aneh kalau saat ini banyak hotel yang menyulap sejumlah ruangannya menjadi meeting room. Tidak perlu terlalu luas dan mewah, asalkan memiliki fasilitas yang dibutuhkan. Langkah renovasi dilakukan agar hotel memiliki ruang pertemuan yang cukup representatif. "Ini terkait dengan makin berimbangnya wisatawan MICE dengan wisatawan leisure," ujar Suciari yang juga pengurus DPD SIPCO Bali.
Hal senada dikemukakan Ketua DPD INCCA (Indonesia Congress & Convention Association) Bali, Ida Bagus Surakusuma. Pria yang biasa disapa Gus Lolec ini mengatakan, wisata MICE di Bali makin bergairah. Walaupun masih dalam skala kecil, belakangan ini pihaknya sudah meng-handle grup-grup MICE dari Afrika Selatan, Inggris, dan Amerika.

"Setelah hampir enam tahun stagnan, wisata MICE kini mulai bergairah lagi. Walaupun masih kecil-kecilan namun mulai ada. Sebelumnya tidak ada sama sekali. Ini tentu sesuatu yang perlu kita syukuri bersama. Kita harapkan ke depan tak ada sesuatu lagi yang mengganggu keamanan di Bali, sehingga mulai pertengahan tahun ini wisata MICE makin meningkat," ujar Lolec.

Dia juga mengungkapkan satu kasus menarik. Di mana sebuah perusahaan besar di Eropa ingin sekali melakukan kegiatan incentives di Bali. Sudah direncanakan sejak tahun 2001. Namun, tertunda terus sejak bom Bali pertama dan kedua Oktober 2005 dan mengalihkannya ke destinasi wisata lainnya di Asia Tenggara. Baru-baru ini, Chief Executive Officer (CEO) dari perusahaan tersebut bersama keluarganya diam-diam mengunjungi Bali.

Sang CEO cukup menikmati kunjungannya itu dan mendapat kesan bahwa Bali sudah aman. Dalam perbincangan dengan Lolec, dia lantas mengisyaratkan untuk membawa grupnya ke Bali tahun ini atau 2009. Bagi Lolec, ini kabar yang menggembirakan sebagai "buah" dari tahun 2006 dan 2007 di mana tidak terjadi sesuatu yang mengganggu keamanan. Berarti tanda-tanda kondisi pariwisata kita makin membaik.

Selain
masalah keamanan, kendala lain bagi wisata MICE di Indonesia yakni tersedianya SDM khusus MICE. Tidak semua pekerja pariwisata mampu meng-handle segmen MICE. Untuk itu perlu ada pendalaman atau belatihan khusus. Mantan Direktur MICE Budpar Surya Dharma pernah mengungkapkan, dalam tiga tahun terakhir pihaknya menargetkan adanya tambahan sekitar 5.000 tenaga MICE di Indonesia.

Yang menarik, Surya juga mengungkapkan pemerintah pusat memberi dukungan yang kongkret terhadap berbagai event MICE di Indonesia. Presiden Yudhoyono berulang kali menyebut MICE. Menteri Budpar Jero Wacik juga menjadikan MICE sebagai program utamanya.


"Dalam diskusi Depbudpar dengan DPR-RI ada tiga program utama pengembangan pariwisata nasional. Nomor satu mengenai MICE. Jadi dari segi dukungan dari segala unsur sangat bagus," ungkap Surya.

Sepanjang tahun 2008, Direktur MICE bekerja sama dengan PCO dan dengan asosiasi-asosiasi sama-sama berjuang, bagaimana agar event internasional bisa kita raih dan diadakan di Indonesia. Kedua, menggelar program seeing is beleaving, dengan mengundang CPO, EO atau pelaksana internasional datang ke Indonesia. "Kita perkenalkan fasilitas apa yang kita miliki, sehingga mereka bisa mengadakan event internasional di Indonesia," tandas Surya.

Dalam
tiga tahun ke depan Depbudpar bekerja sama dengan pihak terkait termasuk SIPCO dan INCCA menggelar berbagai pelatihan baik basic level maupun advance untuk menyiapkan setidaknya 5.000 tenaga profesional di bidang MICE.

Diharapkan dengan makin kondusifnya kondisi keamanan, makin lengkapnya fasilitas serta tersedianya tenaga profesional di bidang MICE, Indonesia makin menjadi tempat favorit. Bahkan suatu saat bisa menjadi destinasi MICE. (gre)
 
Jumat Wage, 16 Mei 2008
Forecast Denpasar* 24-31 C dan BERAWAN

Info : Unud segera Gelar Adu Program Bacagub Bali

Universitas
Udayana (Unud) merasa terpanggil untuk menggelar visi-misi dan dialog bakal calon gubernur Bali 2008-2013 pada 19 Mei mendatang di Gedung Pascasarjana lantai IV Jalan Sudirman Denpasar. Hal itu dilontarkan Ketua Panitia Prof. Dr. Wayan Supartha, M.S. Selasa (13/5)


''Kami memandang momentum ini sangat tepat menyongsong 100 tahun Kebangkitan Nasional 20 Mei 2008,'' kata Guru Besar Fakultas Pertanian Unud ini. Gelar visi dan misi serta program bacagub ini untuk memperkenalkan sosok biofisik, intelektual, emosional, kecerdasan, kemanusiaan calon pemimpin dan pengalamannya (track record) memecahkan berbagai persoalan kenegaraan,'' katanya.


Ia mengatakan, debat calon gubernur ini sekaligus memberi wahana pendidikan politik kepada masyarakat pemilih untuk mengetahui visi, misi dan program-program unggulan masing-masing bacagub. Sebab, dari adu program itu, masyarakat mengetahui wawasan, kecerdasan dan kecendekiawanan masing-masing kandidat merespons persoalan. Hal ini pula sebagai ujian bagi bacagub untuk mengetahui kearifan emosionalnya menerima kritikan dan saran.
''Kami ingin memberikan wawasan dan ruang pemahaman politik yang cerdas dan santun kepada masyarakat, terutama calon pemilih untuk menghindari arogansi dan anarkisme dalam masa kampanye dan masa jeda sebelum pemilihan,'' paparnya.


Bagi bacagub hal ini dapat memberikan ruang dan interaksi untuk melakukan sosialisasi kepada pemilih. Diharapkan dari visi dan misi serta adu program bacagub lahir pemimpin yang mumpuni untuk pembangunan Bali. Untuk itu gelar adu program dikemas dalam sebuah talk show dipandu moderator pakar politik Universitas Gajah Mada Dr. Denny Indrayana dengan narasumber pasangan kandidat gubernur Bali. Sementara para panelis terdiri atas Wayan P Windia, S.H., M.Si., Prof. Dr. Ing. Made Merta, Prof. dr. AA Muninjaya, M.Sc. dan Dr. Nyoman Norken, M.Sc.


Bertalian dengan pemilihan gubernur Bali, 9 Juli mendatang diakui bacagub telah melakukan sosialisasi ke setiap daerah pemilihan. Namun sosialisasi tersebut dipandang belum mampu sepenuhnya mengungkap kredibilitas bacagub. Masyarakat berharap bacagub mampu membangun sebuah harapan dan mewujudkan cita-cita Bali yang utuh, tangguh, harmoni, dengan SDM berkualitas dan masyarakat sejahtera.(029/*) BaliPost
 
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]Sabtu Kliwon, 17 Mei 2008 [/FONT]
Forecast Denpasar* 24-31 C dan BERAWAN

Info : Menjadikan Gending ''Pagenderan'' Sebagai Terapi Kesehatan

Sekitar 40 seniman sepuh seni gender di Buleleng tiba-tiba menggelar aksi keprihatinan di sebuah sanggar seni di kawasan Lovina, akhir April lalu. Mereka prihatin terhadap punahnya seni gender yang sejak bertahun-tahun mereka geluti dengan penuh rasa suka maupun duka. Salah seorang di antaranya bahkan sampai menangis ketika menyampaikan semacam orasi di depan teman-temannya. Mereka ingin seni gender khas Buleleng bangkit kembali dan menjadi tuan rumah sekaligus kebanggaan bagi Bumi Denbukit. Mereka pun mulai mengatur strategi, termasuk bagaimana cara memasyarakatkan seni gender untuk terapi kesehatan. Apakah seni gender memang bisa dipakai untuk menyembuhkan suatu penyakit?
============
Ajang pertemuan seniman gender di Lovina akhir April lalu itu bisa disebut sebagai salah satu bentuk kepedulian sekaligus kesadaran dari seniman-seniman tua di Buleleng untuk memulai sebuah upaya dalam pelestarian seni-seni klasik khas Buleleng. Sampai saat ini diperkirakan terdapat sekitar 80 juru gender sepuh yang masih hidup dan aktif memainkan gender di Buleleng. Hampir semua seniman gender itu tidak mendapatkan perhatian, baik perhatian terhadap seni yang digelutinya maupun perhatian terhadap sosok seniman itu sendiri.



ole-gender1.JPG


Banyak seniman gender yang sakit dan tak mampu berobat karena kesulitan ekonomi. Selain itu, banyak juga seniman yang terpaksa menjual perangkat gendernya karena tidak ada generasi yang meneruskan kesenian klasik tersebut. Semua persoalan itu dibicarakan secara panjang lebar dalam pertemuan di Lovina, sekaligus mereka juga mencari solusinya.


Jero Dalang Rugada mengatakan seniman gender dan pedalangan di Buleleng seharusnya mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Selain menghidupkan kembali seni gender dengan mementaskan wayang kulit dari Buleleng, pemerintah juga sebaiknya memberikan jaminan kesehatan gratis kepada juru gender dan dalang. Karena seniman gender dan dalang bisa disebut sebagai orang yang punya pengabdian besar terhadap keajegan agama Hindu dan budaya Bali. Apalagi selama ini juru gender dan dalang di Buleleng tidak mendapatkan imbalan yang layak ketika mereka memainkan gender dalam upacara-upacara keagamaan.

Seorang seniman gender dari Desa Bungkulan, Gusti Bagus Atmaja, bahkan sampai menangis ketika mengingat seni gender yang mulai masuk dalam area kepunahan di Buleleng. Untuk itu, ia meminta agar para seniman tua tidak terlalu pelit membagi ilmunya kepada anak-anak muda agar seni gender itu tetap bisa lestari sekaligus berkembang dengan baik. Kepada pemerintah, ia berharap agar menggelar festival seni gender untuk menarik kecintaan anak muda terhadap seni gender. ''Selama ini sudah ada festival gong kebyar, kenapa tak ada festival seni gender,'' katanya.

Terapi Kesehatan

Seorang seniman gender dari Desa Pemaron, IGK Mustika, punya usul dan cara tersendiri untuk membangkitkan kembali seni gender di Buleleng. Selain menghidupkan kembali gending-gending sakral untuk dipentaskan dalam upacara-upacara keagamaan, seni gender juga kerap digunakan sebagai terapi kesehatan. Karena sejumlah gending pagenderan, seperti gending rundah, dipercaya sebagai lagu para dewa yang diturunkan melalui sabda atau wahyu kepada para leluhur umat Hindu. ''Ketika orang mendengarkan suara gender, maka orang itu akan merasa damai,'' katanya.


Mustika menceritakan dirinya sudah memainkan gender sejak umur 10 tahun. Ia berguru kepada seniman gender yang bernama Sriajeng (alm) di Desa Babakan Panji sekitar tahun 1950-an. Selama belajar dan memainkan gender memang banyak manfaat yang ia rasakan, terutama manfaat di bidang kesehatan. Misalnya, suara gender bisa menimbulkan rasa senang dan damai di hati, membangkitkan budi luhur atau suci dan merangsang rasa kasih sayang kepada sesama manusia. Dalam hal pengobatan, suara gender ini bisa menghilangkan rasa pusing-pusing kepala, bahkan stres pun bisa lenyap ketika memainkan atau mendengar alunan gending-gending gender. Selain itu, alunan gending gender juga mampu meredam rasa emosi dan egois, menghilangkan kemarahan, sekaligus membuat awet muda, sehat jasmani dan rohani.

Dengan manfaat seperti itu, sanggar sederhana milik Mustika yang dipakai sebagai tempat workshop seni gender di Desa Pemaron, Buleleng, selalu didatangi warga lokal atau wisatawan untuk belajar memainkan gender. Yang datang bukan hanya anak muda, namun juga para pejabat, mantan pejabat dan pensiunan pegawai negeri. Seperti Kepala Kantor Ksebanglinmas Buleleng IGN Wirasena juga mulai aktif belajar gender di sanggar milik Mustika. Bahkan, salah seorang polisi dari Sukasada kini belajar serius memainkan gender di Desa Pemaron. ''Polisi itu punya penyakit jantung, namun setelah belajar seni gender, penyakit jantungnya tak pernah kumat,'' katanya.

Baik melatih atau berlatih seni gender, menurut Mustika, harus memiliki tingkat kesabaran yang ekstra. Kalau dulu murid mencari guru untuk belajar memainkan gender, kini guru dengan sabar mencari murid. Selain mencari, guru juga harus dengan sabar mengajarinya agar si murid tetap bisa bertahan. Selain itu belajar gender juga harus memiliki konsentrasi yang tinggi. Saat belajar memainkan gender seseorang tak bisa sambil memikirkan masalah lain, terutama masalah bisnis dan ekonomi. ''Kalau main gender sambil memikirkan bisnis, biasanya konsentrasi jadi hilang, bahkan bisa jadi lebih stres,'' katanya.

Kesimpulannya, terdapat banyak cara untuk bisa melestarikan kesenian gender di Buleleng. Jika seni gender meredup karena seni pewayangan juga nyaris pingsan, maka seni gender bisa dihidupkan tanpa harus berpaketan dengan seni pewayangan. Misalnya, satu seniman gender bisa mengajak anak-anak di sekitarnya untuk belajar gender setiap hari-hari libur.

Selain itu, warga juga harus dibangkitkan kesadarannya untuk menggunakan seni gender dalam setiap upacara-upacara keagamaan. Hotel-hotel dan restoran harus sedikit dipaksa untuk menggunakan seni gender sebagai salah satu bentuk hiburan penyambut tamu di hotel tersebut, selain hiburan seni klasik lainnya.

Seperti permintaan seniman gender Gusti Bagus Atmaja dari Bungkulan, pemerintah juga sebaiknya menggelar festival seni gender secara khusus. Khusus untuk terapi pengobatan, seni gender juga sebaiknya mendapat penelitian yang lebih serius agar seni itu bisa dikembangkan secara lebih bagus, bahkan bisa dijadikan sebagai daya tarik wisatawan yang memang menyukai hal-hal yang berbau budaya sekaligus spiritual.
* adnyana ole
source: BaliPost
 
nice info ...
kapan aku bisa ke Bali lagi ya ??
baru sekali doang jaman STM dulu :">
 
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]Senin Paing, 19 Mei 2008[/FONT]
Forecast Denpasar* 25-30 C dan BERAWAN

Info : Helikopter Mendarat Darurat di SMPN 2 Denpasar
Baling-baling Terlilit Benang Layang-layang

Warga
di Jalan Gunung Agung, Denpasar dikejutkan dengan raungan helikopter Sabtu (17/5) sore kemarin. Ternyata, helikopter milik perusahaan Derazona dengan lambung PK-DBE itu mendarat darurat di lapangan SMPN 2 Denpasar. Warga pun sempat panik karena suara mesin helikopter tersebut begitu keras.
HELY3.JPG

Untungnya
, kejadian itu tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Empat penumpang --dua lokal dan dua warga asing-- beserta kaptennya selamat dalam insiden tersebut. Kejadian itu merupakan musibah yang kedua kalinya dialami helikopter milik perusahaan Derazona. Sebelumnya, heli jenis ini juga jatuh di daerah Lebih, Gianyar.
Informasi yang dihimpun Bali Post Sabtu kemarin, menyebutkan penyebab terjadinya pendaratan darurat itu lantaran baling-baling heli terlilit benang layang-layang. Ketut Suardana (37), salah seorang saksi yang tinggal di Banjar Semila Jati, menyatakan helikopter yang dipiloti Gangsar itu terbang dari arah barat.

Tepat
di atas Lapangan Kompyang Sujana, helikopter tersebut terlihat sudah mengalami masalah. Baling-balingnya dililit benang nilon layangan warna putih. ''Saya lihat terbangnya (helikopter-red) makin merendah. Ternyata, mencari tempat pendaratan,'' kata pria yang juga berprofesi sebagai satpam SMPN 2 Denpasar saat ditemui di lokasi kemarin.

Suardana
menyatakan helikopter yang disewa Air Bali itu mendarat di lapangan bola SMPN 2 Denpasar pukul 16.30 wita. Begitu mendarat dan mesinya dimatikan, benang layang-layang sepanjang 30 meter yang melilit di baling-baling pun mulai diputus. Sementara, keempat penumpang beserta pilotnya langsung keluar. ''Kebetulan lapangan ini (lokasi pendaratan-red) kosong. Biasanya anak-anak banyak bermain bola di sini,'' paparnya.
HELY4.JPG

Saksi
lain, Yohanes, juga menyatakan hal yang sama. Raungan helikopter yang begitu keras sempat menjadi perhatian warga. Bahkan, begitu hendak mendarat, debu di lapangan beterbangan. ''Helikopter itu mendarat dengan mulus, tanpa masalah. Kemungkinan mesinnya kekurangan tenaga karena dililit benang, pilotnya memilih mencari tempat pendaratan,'' ungkap saksi yang tinggal di Gang Yamuna, Denpasar ini.

Yohanes
mengatakan benang layang-layang yang melilit itu telah diputuskan oleh petugas teknisi Air Bali. Benang itu selanjutnya diamankan sebagai barang bukti. Sementara, salah seorang petugas Air Bali mengungkapkan helikopter itu rencananya ke Sanur. ''Mereka dari Tanah Lot dan rencananya terbang ke Sanur,'' jelasnya.

Pantauan Bali Post hingga malam kemarin, helikopter yang disewa dari perusahaan Derazona oleh Air Bali itu masih nangkring di TKP. Tampaknya, helikopter tersebut tidak bisa diterbangkan hari itu juga karena mengalami masalah. Bahkan, kepala helikopter ditutupi kain. ''Mungkin, besok dievakuasi ke Bandara Ngurah Rai,'' ujar petugas Air Bali yang tidak mau menyebutkan namanya. (kmb21)
source: BaliPost
 
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]Kamis Kliwon, 22 Mei 2008[/FONT]
Forecast Denpasar* 25-30 C dan BERAWAN

Info : Dialog Balon Gubernur Bali di Unud.....
Program Jaga Bali cenderung Manipulatif


Program para bakal calon (balon) Gubernur Bali dalam menjaga Bali dinilai tak utuh dan cenderung manipulatif. Sasaran-sasaran pembangunan yang ditawarkan sulit direalisasikan. Bahkan, dalam hal pengawalan terhadap lembaga tradisional dan hukum adat termasuk sektor pertanian, visi kandidat belum bisa dicermati penjabarannya.

Demikian mengemuka dalam gelar visi-misi dan dialog para kandidat/balon gubernur dan wakil gubernur Bali di kampus Unud, Senin (19/5). Dialog terbuka yang dibuka Rektor Unud Prof. Made Bakta ini mendapat respons serius dari kalangan kampus. Sejumlah guru besar dan mahasiswa terlihat memadati ruangan.

Para panelis yang dibagi dalam empat kategori meminta para kandidat memperjuangkan daya saing Bali dan strategi perlindungan atas tanah-tanah Bali. Panelis yang membidangi masalah kependudukan, hukum, serta tata pemerintahan Wayan P. Windia malah mengingatkan para calon gubernur untuk mendesain konsep yang utuh dalam menjaga radius kesucian pura pada masa-masa mendatang. Para kandidat juga diminta membangun daya tawar hukum adat dalam menjaga Bali, karena secara nasional daya tawar hukum adat relatif lemah. ''Kandidat idealnya memiliki konsep yang terukur dalam menjaga Bali ke depan, bukan konsep yang sifatnya angan-angan,'' ujarnya.

Prof. Dr.ing. Made Merta bahkan menilai konsep para kandidat dalam membangun sektor pertanian Bali cenderung manipulatif. Tawaran solusi menjaga Bali dari sektor pertanian yang diajukan para kandidat dinilai jauh dari kondisi Bali saat ini. Ia mendesak para kandidat membuat grand design yang jelas dalam mengelola Bali, bukan malah menjadi calon pemimpin yang terobsesi untuk menjual Bali dengan dalih kemajuan dan investasi.

Dua panelis lainnya, Dr. Nyoman Norken, M.Sc. dan Prof. dr. Muninjaya, M.Sc. lebih banyak mengkritisi visi/misi para kandidat dari sisi penyelamatan tata ruang, lingkungan, kesehatan, pendidikan serta sosial kebudayaan. Para panelis ini juga meminta para kandidat gubernur memiliki desain yang jelas dalam menyelamatkan lingkungan Bali, termasuk menata transfortasinya. Dalam bidang pendidikan, konsep pembangunan yang dirujuk hendaknya mengarah pada peningkatan SDM yang handal, bukan pada politisasi pendidikan untuk kepentingan pencitraan.

Merespons pertanyaan dan kritikan para panelis, umumnya para kandidat mengaku akan melakukan program-program strategis dalam menjaga Bali. Mangku Pastika misalnya, secara gamblang mengaku akan meningkatan pendapatan daerah Bali minimal dua kali lipat dari saat ini. Caranya, harus ada program-program yang terukur dan pengalokasian anggaran daerah yang lebih jelas. ''Saat ini APBD banyak lari pada pos-pos yang tidak jelas. Semestinya program pendampingan dalam berbagai sektor dimatangkan,'' ujarnya.

Cok Budi Suryawan juga mengaku tetap akan komit memberdayakan pertanian. Caranya, dengan meningkatkan kontribusi pada subak. Ia juga mengaku akan melibatkan tim-tim ahli untuk mendesain pembangunan Bali sesuai harapan krama Bali. Sedangkan Prof. Winasa mengaku akan melakukan proteksi kebijakan sektor pertanian.

Dalam urusan tata pemerintahan, para kandidat mengaku akan mengotimalkan koordinasi yang selama ini dinilai sangat buruk. Para kandidat melihat koordinasi menjadi strategis dan bisa diwujudkan, mengingat gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah. (dir)
source: BaliPost
 
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]Jumat Umanis, 23 Mei 2008[/FONT]
Forecast Denpasar* 24-30 C dan BERAWAN

Info : Sorotan atas Visi dan Misi Cagub...
Carut Marut Tata Ruang, Masalah Besar Menjaga Keutuhan Bali

Visi dan misi tiga calon gubernur (cagub) Bali masih banyak mengandung kelemahan. Visi dan misi mereka terkesan kurang aplikatif sehingga sangat sulit direalisasikan. Bahkan, tak satu pun cagub melontarkan visi-misi menyelamatkan tanah Bali, khususnya subak dari ancaman alih fungsi. Bagaimana seharusnya mendesain penyelamatan tata ruang Bali?

==========================================================

Eksploitasi besar-besaran tanah-tanah Bali untuk kepentingan memenuhi selera investor pariwisata sampai kini belum bisa direm. Lahan subur dicaplok untuk hotel. Kawasan suci yang dilindungi dirambah vila. Radius kawasan suci pura terkoyak oleh munculnya vila liar. Penghentian pembangunan hotel sudah pernah digaungkan ketika Gubernur Bali Prof. IB Oka. Gubernur Bali Drs. Dewa Beratha melalui visi dan misi Bali Dwipa Jaya melontarkan kembali di hadapan DPRD Bali pada pencalonan yang kedua.

Sayangnya kasus-kasus pencaplokan kawasan suci masih tetap marak. Kasus vila di lereng Danau Buyan menunjukkan betapa begitu buruknya koordinasi pejabat dan Dewan di tingkat I dan II. DPRD Bali melalui Ketua Komisi III Drs. Wayan Gunawan mengharamkan lereng Danau Buyan dibanguni vila, sementara DPRD Buleleng menghalalkan. Umat kebingungan mau dibawa ke mana kawasan suci oleh para pejabat.

Kalau dibiarkan radius kawasan suci dicaplok vila, dosen Fakultas Teknik Unud Prof. Dr. Ketut Kinog dalam seminar di FT Unud, Kamis (22/5) kemarin, mencemaskan dampaknya. Sebab, tak hanya kerusakan fisik dan ekonomi bahkan sampai spiritual. Secara spiritual, menjamurnya hotel/vila di kawasan suci menyebabkan lunturnya aspek kehidupan spiritual umat. Umat akan merasakan makin hambarnya fungsi tempat ibadah dan tempat-tempat suci. Lebih-lebih kalau masyarakat setempat bersikap permisif atas vila liar itu.

Karena itu panelis bidang hukum dan pemerintahan Wayan P. Windia pada debat cagub mengharapkan para calon gubernur perlu mendesain konsep yang jelas dan utuh untuk menjaga kesucian pura sebagai implementasi penyelamatan tata ruang Bali ke depan. Kandidat diharapkan mempunyai konsep yang terukur dan jelas dalam menjaga Bali ke depan. ''Bukan sekadar konsep yang sifatnya angan-angan dan tak jelas,'' katanya.

Penekanan hampir senada disampaikan panelis bidang peertanian, Prof. Dr. Ing. Made Merta. Dia memandang konsep kandidat dalam membangun sektor pertanian cenderung manipulatif. Solusi yang ditawarkan jauh dari kondisi Bali sesungguhnya. Padahal budaya agraris di Bali menjadi daya tarik pariwisata budaya Bali. Untuk itu perlu desain yang jelas dari para cagub dalam mengelola Bali agar tak terkesan calon pemimpin terobsesi menjual Bali dengan dalih kemajuan dan investasi.

Reinvestasi

Dari visi dan misi cagub di Unud itu makin menguatkan indikasi kemampuan para cagub untuk melakukan pembelaan terhadap adat, budaya dan lingkungan masih belum memadai.

Realitas saat ini menunjukkan masyarakat adat dan budaya belum mendapatkan reiinvestasi untuk pelestarian budaya dan sumber daya alamnya dari kemajuan pariwisata. Pejabat yang diharapkan mampu menyelamatkan tanah pertanian subur, justru tak mengambil kebijakan yang efektif untuk menurunkan degradasi tanah-tanah subak.

Ketua panitia visi dan misi cagub. Prof. Dr. Wayan Suparta, Kamis kemarin mengatakan terjadinya degradasi areal subak mencerminkan makin menurunkan kemampuan para pejabat terkait melakukan pemberdayaan terhadap subak. Padahal pemberdayaan dimaksudkan untuk menjaga palemahan subak serta mendidik generasi penerusnya agar mampu melestarikan nilai-nilai luhur yang melekat pada subak tersebut.

Suparta memandang pemberdayaan subak dapat dilakukan dengan mensinergiskan pembangunan pertanian, pariwisata dan industri kecil. Ketiga sektor prioritas itu diharapkan berkembang secara seimbang. Tak seperti saat ini sektor pariwisata berkembang pesat, sementara sektor pertanian terus mengalami penurunan. Hal ini berdampak buruk terhadap ditelantarkannya subak. Tanah-tanah subak di kota dicaplok menjadi pemukiman. Pada gilirannya subak di kota akan habis. Tak ada desain jelas penyelamatan subak.

Suparta berharap para cagub mendesain programnya secara utuh untuk penyelamatan Bali. Bali mesti dipandang sebagai satu-kesatuan yang utuh. Dari pandangan yang utuh itu akan tercermin bagaimana cagub mengelola secara utuh Bali dari perspektif tata ruang, adat, budaya, kesucian, ekonomi dan keamanan Bali. ''Inilah frame besar yang harus dikelola dengan baik oleh para cagub agar terjadi keseimbangan dan sinergis antara unsur-unsur yang mendukung keutuhan Bali. Selain itu keseimbangan antara simpul-simpul pembangunan antara di Bali Barat sampai ke Timur dan dari Utara sampai ke Selatan.

Dia menyesalkan persoalan Bali makin kompleks. Pembangunan makin timpang, koordinasi antarlini makin buruk dan digadaikannya tata ruang Bali untuk investor nakal. Ironisnya, pelanggaran perda tata ruang yang tak mampu ditegakkan oleh pejabat. Bahkan, Kinog mengkhawatirkan persoalan bertambah rumit manakala pejabat daerah bermain kongkalikong dengan investor nakal. Akibatnya, kata Suparta, implementasi perda tata ruang tak jalan, supremasi hukum mandek dan pengawasan oleh pejabat juga tak jalan,'' kata Guru Besar FP Unud itu.

Carut-marut tata ruang menjadi persoalan besar dalam menjaga keutuhan Bali. Solusinya, seorang cagub tak hanya dituntut memiliki kecerdasan dan kemampuan juga keberanian. Ketiga unsur ini harus dimiliki oleh seorang cagub. Saat ini keberanian dan ketegasan pejabat yang diberikan kewenangan untuk itu masih kurang. Karena itu, seorang cagub diharapkan berani menindak para investor nakal yang mencabik-cabik perda tata ruang dan kawasan suci. Jika syarat keberanian tak dimiliki seorang cagub, pada akhirnya pejabat akan menjadi objek negosiasi oleh investor. Ketika posisi tawar pejabat melemah terhadap investor, habislah Bali. Saran-saran dari visi dan misi cagub itu akan dituangkan dalam rekomendasi. Proses formulasinya akan didebatkan dalam forum rektor, Sabtu (24/5) besok. (sua)
Source: BaliPost
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.