• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Dewi

kyud

IndoForum Beginner E
No. Urut
19520
Sejak
27 Jul 2007
Pesan
524
Nilai reaksi
4
Poin
18
D e w i​
Merasakan kehadiran Dewi dalam hidup merupakan sebuah pengalaman yang sangat emosional. Pikiran tak dapat mengendalikan diri. Bahkan pikiran ditarik untuk membenarkan segala hal yang dirasakan. Membenarkan kesimpulan, dugaan, dan tindakan yang “konyol”. Benarkah aku sedang jatuh cinta?
Tidak, aku tidak ingin jatuh cinta. Aku tidak ingin terjerambab oleh dorongan emosi yang memutuskan akal. Menjadikan aku terlena dalam khayalan semu. Larut dalam pikiran dan sikap yang sia-sia. Aku tidak ingin hari-hariku hanya diisi dengan menyebut-nyebut namanya, memikirkannya dan membayangkan wajahnya.
Yang aku ingin adalah membangun cinta. Melakukan banyak hal yang aku anggap berguna dan bermanfaat, sebagai bentuk perwujudan cinta. Tetapi segala hal yang aku lakukan malah menjadikan diriku jauh dari Dewi. Yang aku bangun bukanlah cinta untuk Sang Dewi. Yang aku bangun malah kecintaan terhadap hal-hal yang aku lakukan. Aku terhanyut dan terombang-ambing dalam kesibukan.
Padahal aku tidak ingin menjauh dari Dewi. Aku tidak ingin kehilangannya. Tetapi aku tidak berani mengatakan cinta kepadanya. Jika aku katakan cinta, aku ragu dia akan menerimanya. Karena segala hal yang aku lakukan dalam hidupku masih banyak yang bukan diperuntukan untuknya. Pikiran dan perasaanku tidak sepenuhnya tertuju padanya. Jika kemurnian cinta Sang Nabi dalam mitologi agama bisa dibuktikan ketika dadanya terbelah. Sedangkan aku, tidak berani membelah dadaku untuk menunjukan cinta. Karena di dalamnya tidak ada kemurnian cinta.
Untuk itu aku rela untuk tidak bersamanya. Aku rela untuk tidak bisa memandang langsung wajahnya atau menciumnya. Karena aku belum bisa memilikinya. Bisa memandang dan menciumnya sebelum memilikinya, malah akan membuat aku patah hati. Dan aku takut patah hati.
Tetapi, apakah Dewi menunggu dan mengharap pengutaraan cintaku? Atau mungkin Dewi sedang mengharap suatu cinta yang lain, sehingga diriku hanyalah bagian dari langkah-langkah dalam hidupnya. Cinta yang mungkin sedang tumbuh di suatu tempat untuk kebahagiaan Dewi. Dan Dewi pun mungkin sedang tumbuh untuk cintanya itu.
Jawabannya, aku tidak tahu. Karena sekali lagi, aku tidak berani untuk mengatakan cinta kepadanya, dan bertanya siapa yang dicintainya.
Dalam ketidaktahuan itu, yang kulakukan adalah membaca surat-suratnya yang indah. Surat-surat yang ditujukan kepadaku. Dua atau tiga pucuk, bagiku cukup untuk menyadarkan kembali diriku. Memberiku semangat untuk hidup.
Mungkin cintaku pada Dewi tidak bisa memiliki. Karena cinta memang tak harus memiliki. Tetapi yang pasti, mengingat dan menyebut Dewi -sesekali, membuat hati ini menjadi tenang dan berserah. Terutama di sepertiga malam, atau ketika diri gelisah.

USEP HASAN SADIKIN
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.