kyud
IndoForum Beginner E
- No. Urut
- 19520
- Sejak
- 27 Jul 2007
- Pesan
- 524
- Nilai reaksi
- 4
- Poin
- 18
C a k e p
Pernah saya mendengar pernyataan dari beberapa artis sinetron terkenal yang ketika ditanya oleh wartawan infotainment dengan pertanyaan, “apakah pesatnya karier kamu dikarenakan oleh kecantikan?” Dan umumnya jawaban dari beberapa artis itu kurang lebih, “yah saya bersyukur Tuhan telah menciptakan diri saya dengan fisik yang cantik, tetapi saya harus bisa membuktikan bahwa saya tidak hanya cantik tetapi juga memiliki kemampuan”. Dari pertanyaan dan jawaban itu saya jadi bertanya, apakah cakep (cantik dan ganteng) dan tidak cakep merupakan sesuatu yang sejajar atau merupakan sesuatu yang berbeda kedudukannya yang mana cakep lebih tinggi (nilai) kedudukannya dibandingkan tidak cakep? Atau dengan kata lain, apakah memang Tuhan menciptakan dan memberi kelebihan terhadap orang-orang tertentu dengan fisik yang cakep?
Umumnya dari kita menilai orang yang cakep adalah orang yang mempunyai kulit putih, rambut lurus, bibir tipis dan hidung mancung. Mungkin penilaian ini juga yang menjadikan Nadine Chandrawinata lebih dipilih untuk mewakili Indonesia dalam mengikuti kontes Miss Universe 2006. Karena cakep bukanlah untuk mereka yang berkulit hitam, berambut kriting, berbibir tebal (dan lebar) dan berhidung pesek. Mengapa penilaian tersebut ada dalam pikiran kita pada umumnya?
Saya jadi teringat pernyataan Wakil Presiden Yusuf Kalla mengenai janda-janda yang melakukan nikah sirih dengan wisatawan Timur Tengah. Menurutnya janda-janda tersebut akan menghasilkan keturunan dengan gen yang lebih baik sehingga nantinya anak-anak mereka memiliki fisik yang cakep sehingga bisa menjadi artis sinetron. Pernyataan dan penilaian tersebut sepertinya lahir dari konsepsi bahwa cakep lebih tinggi kedudukannya dibandingkan tidak cakep.
Saya pikir, konsepsi tersebut tidak tepat. Tuhan menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya (makhluk). Tuhan tidak melihat dan menilai manusia berdasarkan fisiknya. Tuhan melihat dan menilai manusia berdasarkan amal perbuatannya yang mana hal itu merupakan bentuk rasa syukur manusia atas ciptaan-Nya. Cakep atau tidak cakep dalam penilaian kita adalah sama di mata Tuhan dan cakep atau tidak cakep merupakan kedudukan yang setara, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah kedudukannya.
Konsepsi bahwa cakep lebih tinggi kedudukannya merupakan hasil bentukan manusia yang didasari oleh nafsu yang dimiliki masing-masing individu. Nafsu dalam literatur salah satu agama merupakan unsur hewani. Orientasi dari nafsu adalah pemenuhan kebutuhan biologis (seksual). Tidak bijak memang jika penilian atas unsur hewani lebih kita kedepankan dari penilaian Tuhan.
Lalu bagaimana penilaian umum bahwa orang yang cakep adalah orang yang mempunyai kulit putih, rambut lurus, bibir tipis dan hidung mancung terbentuk? Apakah karena sebuah peradaban manusia yang saat ini berkuasa yang kemudian membuat bentuk standar dari cakep tersebut? Jika memang itu merupakan hasil bentukan peradaban, lalu apa yang menyebabkan anak-anak Adam dan Hawa dalam literatur agama saling bunuh untuk mendapatkan yang cakep? Apakah pada saat itu cakep adalah memang orang yang mempunyai kulit putih, rambut lurus, bibir tipis dan hidung mancung? Jika Yusuf Kalla memberikan penilaian berdasarkan ras (genetik), lalu Adam dan Hawa beserta anak-anaknya memiliki ras apa?
USEP HASAN SADIKIN