• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Rokok? Stop Now!!

roughtorer

IndoForum Senior A
No. Urut
44416
Sejak
24 Mei 2008
Pesan
6.755
Nilai reaksi
174
Poin
63
Rokok? Stop Now!!
Josh Chen - Global Citizen​

Bisa dibilang ini artikel “pesanan” tapi sebenarnya bagus juga, karena saya ingin berbagi mengenai bagaimana mandegnya saya merokok setelah sekian tahun.

Saya mulai mengenal rokok sejak SMP kelas 2 atau 3. Waktu itu melihat beberapa teman sas-ses ngudud (merokok) dengan asik pada saat jam istirahat, sembunyi-sembunyi dari Bruder kepala sekolah yang tidak sungkan menggampar murid yang bandel. Melihat teman-teman asik merokok, timbul keinginan saya juga untuk mencoba, tapi waktu itu masih tidak berani.

Akhirnya datanglah kesempatan itu. Pada waktu teman-teman pergi bersama melihat laut di dekat Tanah Mas sana, belilah kami beberapa batang rokok, istilahnya beli ketengan alias eceran. Dan saya masih ingat benar rokok pertama yang saya coba adalah Filtra 100s, produksi kantor si Jon Kudus. Angka 100s itu saya masih ingat benar menggambarkan panjang rokok tsb yaitu 10 cm, dan saya pernah mengukurnya memang tepat 10 cm....hehehe....

1smoke1.jpg

Pertama menghisap rokok tsb rasanya tidak karuan, terbatuk sih tidak, tapi bingung saja kenapa kok teman-teman pada nikmat sekali kelihatannya merokok. Pahit, sengak, aneh dan bikin tenggorokan gatal semua. Nikmat? Walah, jauh sekali dari rasa nikmat....enak? Apalagi....amit-amit dah....tapi kepenasaranan lebih mendominasi. Kesempatan demi kesempatan untuk sembunnyi-sembunyi datang dan mencoba lagi, mencoba lagi.....

Kelas 3 SMP pertengahan tidak merokok sama sekali karena di situlah saya mengenal 'puppy love' dan ikut koor sehingga bersemangat menyanyi dan melupakan rokok. Tidak lama memang, kelas 1 SMA menjadikan saya akrab dengan rokok lagi, jam pulang sekolah di warung soto depan sekolah dan warung sekitarnya menjadi tempat dan saksi kami-kami merokok dengan gaya dan 'gagahnya'. Kelas 2 SMA kalau tidak salah ingat, itulah saat pertama kali diluncurkan mild, salah satu merek terkenal sampai saat ini. Petualangan rokok selang seling berbagai macam merek dijelajahi. Dari yang legendaris 234, sampai dengan merek import seperti Salem, Dunhill, Mild Seven semua dicoba. Terlebih jika ada acara kumpul-kumpul di hari Natal, akhir tahun atau akhir semester. Mengingat mahalnya rokok import yang dibeli di warung khusus dekat bioskop Manggala, biasa beberapa kami urunan (patungan) dan merokok bersama di acara-acara seperti itu.

Kemudian menjadi tak terbendung lagi sejak masuk universitas, ditambah sudah bisa mencari uang sendiri dari rekaman kaset dan memberikan les anak sekolah, sehingga anggaran rokok menjadi lebih leluasa. Sekali lagi petualangan mencoba merek dicoba, dari Bentoel, Djarum Super, GG Filter, sampai rokok putih dicoba semua.

Kembali lagi intensitas merokok menurun ketika pacaran dimulai. Dengan motivasi kuat, karena pacar waktu itu sangat benci dengan rokok dan baunya, ya sudah rokok berkurang juga. Walaupun demikian kalau di kampus masih saja merokok karena pengaruh teman-teman juga. Sewaktu break di sela-sela praktikum, di kampus menunggu kelas berikutnya, jadi ajang tetap merokok. Dengan andalan permen Davos sebelum apel ke rumah mantan waktu itu. Sebelum meluncur ke rumah mantan, permen Davos sebutir, tepatnya segelondong, diemut dulu supaya bau rokok lenyap semua, dan ternyata memang cukup efektif.


Davos.jpg


Davos

Singkat cerita, rokok kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup saya ketika itu, di kampus, di rumah dan di mana saja, sebungkus rokok tetap di kantong. Apalagi kenangan terlucu ketika KKN, namanya di desa, di daerah yang tinggi dan hawa dingin, rokok tidak pernah lepas dari sela bibir, ditambah lingkungan yang 'kondusif', dari Pak Lurah, perangkat desa dan hampir semua peserta KKN yang cowok juga merokok. Mencapai puncaknya ketika lulus dan kerja, di Solo dan Jakarta, sehari bisa mencapai 2 bungkus rokok. Satu bungkus rokok kretek mild dan sebungkus Marlboro merah dan kadang diselingi yang menthol.

Tidak terasa, kehidupan di luar negeri pun yang 4 musim juga cukup 'mendukung' kegiatan merokok ini. Kuliah lanjut di negeri 4 musim dengan suasana baru dan berbagai merek yang menantang untuk dicoba juga. Merokok pun menjadi keseharian saya di sana, walaupun tidak separah di Jakarta sampai 2 bungkus sehari.

Pertemuan saya dengan istri menjadikan saya motivasi menguat lagi untuk quit selamanya dari merokok. Kisah pertemuan kami sudah pernah juga ditayangkan di sini di http://community.kompas.com/read/artikel/1352

Tapi setelah kembali ke Indonesia masih saja kumat kebiasaan merokok saya.....

Tiba-tiba, sekonyong-konyong, ujug-ujug....saya mendapat kabar bahwa sahabat baik saya berjuang menghadapi kanker hidung. Perjuangan yang mengerikan, berobat ke sana kemari, sampai ke luar negeri berbulan-bulan juga dijalani.... Suatu hari sempat telepon saya dan saya terperangah mendengar suaranya, tidak tega. Terlebih setelah berbicara dengan istrinya, ternyata apa yang digambarkan mengenai keadaan suaminya, sangat mengerikan tak terperikan dengan kata-kata. Karena efek pengobatan barat dan traditional Chinese treatment, menyebabkan gangguan pada pernafasan, suara sengau yang tidak jelas, kondisi fisik yang 'berantakan', kepikunan yang menyerang mendadak.

Dan akhirnya teman baik ini harus menyerah dengan penyakitnya dan dipanggil menghadapNYA, mendahului seluruh keluarganya, meninggalkan anak istrinya.....

1smoke2.jpg

Kondisi seperti inilah yang menyebabkan kesadaran itu datang seperti petir menyambar. “It's time to stop, right now, right away!” Dalam hati saya berpikir: “apakah harus berakhir seperti itu?”. Toh, saya sudah cukup “menikmati” rokok selama sekian belas tahun. Detik itu juga, motivasi terkuat adalah untuk dan demi keluarga. Demi istri dan anak-anak, I must quit!

Itupun masih saja di dalam kantong ada sebungkus Marlboro putih yang tersisa 3 batang. Sore hari itu masih saja saya hisap dengan nikmat, malamnya 1 batang lagi. Besoknya batang terakhir itu saya masih hisap juga sampai habis dan membuang puntung, bungkus pun dibuang, dan that's it, it's over!! Kedengaran sepele dan “kok gampang banget?”

Lha memang iya, gampang sekali.....

  1. Motivasi yang kuat! Klise? Memang, dan itu harus....entah karena dorongan keluarga, tekad kuat, demi rasa cinta kepada keluarga, istri, anak, biasanya bisa merupakan motivasi yang sangat kuat.
  2. Memang umur manusia di tanganNYA, tapi secara simple dapat dibayangkan betapa hebat konsekuensinya jika kita meninggalkan orang-orang terkasih dengan cara seperti cerita teman baik di atas....
  3. Tutup dan turn-off sakelar di dalam otak kita untuk STOP dengan huruf besar. Jangan pernah pikirkan lagi rokok, rasanya dsb.
  4. Tidak ada alasan dengan pengganti nikotin, obat, atau treatment khusus.
  5. Atau alasan lain seperti ngemil lebih banyak, permen, sehingga berat badan naik drastis, karena saya justru kebalikannya, dengan stop rokok, kesadaran penuh datang, olahraga makin giat, tutup satu sakelar rokok di otak, dan hasilnya saya lebih bugar dan berat badan turun dibanding sebelum berhenti merokok!

So, sekarang, buang rokok Anda! Buang yang tersisa di dalam kantong Anda! Stop right now! Dan yang pasti kalau saya bisa, maka YES YOU CAN!! (lha kok masih hawa Obama ya? Hahaha....)

Semoga bermanfaat......

PS: saya mencoba mencari foto rokok jadul Filtra kok tidak nemu ya, malah nemu foto permen Davos yang saya sebut di atas...entah masih ada atau tidak sekarang ini...
 
wah... kalo aq udah susah tuh berhenti ngerokoknya... :(
 
wah, sma kyk aq mulainy klas 2 smp...
tpi skrg (kls 1 sma) seh udh ga lagi, gra2 ga diimbangi dgn olahraga..
npas jd sesak..
 
Huff...
untung dari kecil ato dari SMP sampe sekarank wa lom ada Ngerokok...:)
 
untung gw ngga kena ya, pandahal dulu waktu SMP gw pernah nyoba ma temen gw

wakakakaka, ngumpet ngumpet, dibilang cewe kok ngerokok , trs pas nyoba ngerasa ngga ada enak nya hwhwhw
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.