yan raditya
IndoForum Addict E
- No. Urut
- 163658
- Sejak
- 31 Jan 2012
- Pesan
- 24.461
- Nilai reaksi
- 72
- Poin
- 48
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebutkan ada 500 Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Suriah saat ini bergabung dengan ISIS.
Awalnya, mereka menuju ke Suriah dengan berbagai alasan seperti pendidikan dan ibadah.
"Kebanyakan mereka ke Suriah melalui negara lain dan alasannya itu mau belajar dan ibadah," kata Deputi I BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir saat menghadiri dialog pencegahan paham radikalisme dan ISIS di kalangan pimpinan pondok pesantren dan santri se-Wilayah III Cirebon, Selasa (3/5/2016).
Ia menuturkan, para WNI melakukan perjalanan melalui negara lain, tidak langsung menuju Suriah karena pasti akan dicekal terlebih dahulu.
Sementara itu, Ketua Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama Abdul Ghaffar Rozin mengakui tidak sedikit WNI yang membelot untuk bergabung dengan kelompok-kelompok radikal, pasca mengikuti pendidikan di luar negeri.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, ia meminta kepada pemerintah untuk memverifikasi kampus-kampus di luar negeri mana saja yang mengajarkan paham radikal. Setelah itu, pemerintah juga perlu mengeluarkan larangan untuk belajar ke kampus tersebut.
"Tidak hanya Timur Tengah, namun Eropa juga banyak WNI yang akhirnya bergabung dengan kelompok radikal," tutur dia.
Awalnya, mereka menuju ke Suriah dengan berbagai alasan seperti pendidikan dan ibadah.
"Kebanyakan mereka ke Suriah melalui negara lain dan alasannya itu mau belajar dan ibadah," kata Deputi I BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir saat menghadiri dialog pencegahan paham radikalisme dan ISIS di kalangan pimpinan pondok pesantren dan santri se-Wilayah III Cirebon, Selasa (3/5/2016).
Ia menuturkan, para WNI melakukan perjalanan melalui negara lain, tidak langsung menuju Suriah karena pasti akan dicekal terlebih dahulu.
Sementara itu, Ketua Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama Abdul Ghaffar Rozin mengakui tidak sedikit WNI yang membelot untuk bergabung dengan kelompok-kelompok radikal, pasca mengikuti pendidikan di luar negeri.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, ia meminta kepada pemerintah untuk memverifikasi kampus-kampus di luar negeri mana saja yang mengajarkan paham radikal. Setelah itu, pemerintah juga perlu mengeluarkan larangan untuk belajar ke kampus tersebut.
"Tidak hanya Timur Tengah, namun Eropa juga banyak WNI yang akhirnya bergabung dengan kelompok radikal," tutur dia.