Yasa Kerti (lanjutan 2)
II. Yasa Kirti dalam bentuk upacara dan upakara.
Untuk mendukung Karya Agung Panca Bali Krama dan Betara Turun Kabeh di Pura Agung Besakih tahun 2009, pada rangkaian kegiatan upacara yang tertentu, patut dilaksanakan yasa kerti dalam bentuk upacara dan upakara yang dipersembahkan di pura Kahyangan desa, masing-masing keluarga sebagai berikut :
A.Hari : Sukra Wage Wayang (Purnamaning Sasih Kanem)
Tanggal : Tanggal 12 Desember 2008.
Upacara : Ngaku Agem.
Tempat : Pura Penataran Agung Besakih.
Upacara ini dimaksudkan sebagai permakluman (Atur Piuning) bahwa umat Hindu berketetapan hati akan melaksanakan Upacara Panca Bali Krama sekaligus mohon perkenan serta tuntunan agar upacara itu nanti dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya tanpa suatu halangan apapun.
Yasa Kirti di masing-masing Desa Pakraman dan rumah tangga sebagai berikut :
Bersamaan dengan upacara tersebut diatas agar di masing-masing tempat suci lainnya seperti Merajan, Panti, Dadia, Paibon, dan Kahyangan Desa, Dhangkahyangan dan Kahyangan Jagat juga menghaturkan upacara atur piuning yang disesuaikan dengan tingkat upacaranya sebagai berikut :
- Di Merajan, Panti, Dadia,Paibon, dan sejenisnya, Mengharturkan :
Sodan Putih Kuning serta canang sari dan canang yasa, diiringi doa seperti tersebut diatas.
- Di Pura Kahyangan Desa, Dhangkahyangan, Sad Kahyangan dan Pura lainnya termasuk di luar daerah Bali menghaturkan :
Daksina Pejati, sodan Putih Kuning, canang sari dan canang yasa beserta kelengkapannya. Upacara ini diantarkan oleh pemangku dan umat Hindu penyungsung masing-masing Pura tersebut ikut sembahyang mendoakan agar Karya Agung Panca Bali Krama yang akan dilaksanakan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Mulai saat ini seluruh umat Hindu ikut Ngertiang karya dengan yasa kirti terutama bentuk kesiapan mental kesucian hati serta senantiasa menampilkan pikiran, perkataan dan perbuatan yang suci, menjauhkan diri dari segala bentuk perbuatan yang tidak terpuji serta menodai kesucian dan kelancaran pelaksanaan karya Agung Panca Bali Krama.
B.Batas waktu pelaksanaan upacara pengabenan :
Guna mendukung kesucian karya ini dianjurkan sepanjang memungkinkan untuk melaksanakan pengabenan bagi yang punya sawa mependem, dengan batas waktu untuk pengabenan masal/ngewangun selambat-lambatnya sampai dengan tgl. 13 Pebruari 2009 sudah selesai dilaksanakan. Sedangkan bagi yang meninggal setelah batas waktu tersebut masih diberikan kesempatan pelaksanaan “pengabenan kedadak” hingga batas waktu selambat-lambatnya tanggal 20 Pebruari 2009. Setelah tanggal 20 Pebruari 2009 sampai dengan selesainya upacara mejauman tanggal 27 April 2009, hendaknya tidak melaksanakan kegiatan pembakaran mayat baik dalam bentuk upacara pengabenan maupun “makingsan di geni”.
Bila ada yang meninggal setelah tanggal 20 Pebruari 2009 diatur sebagai berikut :
a. Bila dimungkinkan untuk “dipendem” (dikubur) hendaknya secepatnya melaksanakan upacara penguburan. Perjalanan ke setra dilaksanakan pada sore hari setelah matahari terbenam. Tata cara dan upacara mendem sawa mulai dari nyiramang dan seterusnya mulai berlaku sebagaimana biasa. Hanya saja tidak menyuarakan kentongan banjar, dengan maksud agar krama banjar tidak ikut terkena cuntaka. Anggota keluarga terdekat serta tetangga bersebelahan serta orang-orang lain yang ikut aktif dalam melaksanakan upacara mendem sawa tersebut terkena cuntaka. Batas waktu cuntaka sesuai dengan dresta setempat. Setelah berakhirnya batas waktu cuntaka diperkenankan untuk ikut dalam rangkaian Karya Agung Panca Bali Krama dan Bhatara Turun Kabeh, dengan terlebih dahulu melaksanakan upacara pebersihan diri (metirtha).
b. Bila yang meninggal adalah Sulinggih (dwijati), Pemangku atau mereka yang menurut dresta tidak boleh dipendem, diperkenankan untuk “nyekeh sawa” di rumah masing-masing. Tata cara nyekeh sawa pada dasarnya dilaksanakan sebagaimana biasa dengan ketentuan : bagi yang masih berstatus welaka tidak sampai munggah Tumpang Salu. Sedangkan bagi Sulinggih (dwijati) dapat dilanjutkan sampai munggah Tumpang Salu.
C. Hari : Buda Wage Warigadean
Tanggal : 25 Pebruari 2009
Upacara : Nuwasen Karya dan nunas Tirta Paklukatan Pabersihan.
Tempat : Di Pura Dalem Puri Besakih.
Sebagai usaha untuk menjaga kesucian karya, pada hari ini akan dilaksanakan upacara “Nunas Tirtha Pemarisudha” bertempat di pura Dalem Puri Besakih, selanjutnya dibagikan kepada seluruh umat Hindu yang ada di daerah Bali khususnya. Tata cara pelaksanaannya sebagai berikut :
a. Kurang lebih jam : 10.00 Wita, perwakilan dari masing-masing desa Pakraman/Kecamatan/Kabupaten/Kota datang ke pura Dalem Puri Besakih, dengan membawa upakara berupa Peras Pejati, Canang sari dan Segehan, lengkap dengan Bumbung bambu sebagai tempat tirtha yang telah dihias dengan daun andong, kain putih kuning, andel-andel dan tedung.
b. Setelah tiba di tempat masing-masing, tirtha dipendak dengan segehan, kemudian dilinggihkan di pura Dalem. Untuk mencukupi semua umat di wilayah itu, tirtha dapat ditambahi dengan air bersih secukupnya.
c. Masing-masing umat Hindu yang ada di wilayah tersebut mohon tirtha “Pemarisudha” sampai di pura Dalem dengan menghaturkan canang sari, untuk dipercikkan di sanggah/merajan, pekarangan rumah dan semua anggota keluarga.
d. Bagi yang masih memiliki jenasah yang belum di aben, agar memercikkan pula tirtha Pemarisudha tersebut di setra/tempat jenasah dikubur, dengan terlebih dahulu menghaturkan upacara :
- Di pura Dalem dan Prajapati : menghaturkan sodan putih kuning dan canang sari, dengan permohonan agar Ida Betara Dalem dan Prajapati berkenan menganugrahkan kesucian dan pemarisudha sehingga tidak menodai kesucian karya yanga akan dilaksanakan.
- Di setra/tempat jenasah dikuburkan menghaturkan tipat pesor, nasi angkeb, pangkonan putih kuning asagi. Dengan permohonan agar sang pitara tidak mengganggu jalannya upacara yang akan dilaksanakan.
Batas waktu untuk nyiratang tirtha “pemarisudha” ini selambat-lambatnya tanggal 28 Pebruari 2009 sudah selesai dilaksanakan.
Bagi umat Hindu di luar daerah Bali.
Permohonan tirtha pemarisudha tersebut dapat dilakukan melalui tempat suci yang ada di wilayah masing-masing. Dengan sarana upacara berupa peras pejati. Pemangku mohon tirtha pemarisudha dihadapan pelinggih yang ada, kehadapan Ida Sang Hyang Widhi dalam Ista Dewatanya sebagai Betara Siwa. Selanjuitnya dibagikan kepada seluruh umat dengan tata cara seperti tersebut diatas, dan bentuk upakaranya dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.
D. Hari : Anggara Wage Dungulan,
Tanggal : 17 Maret 2009,
Upacara : Memasang Penjor
Seluruh umat Hindu diharapkan untuk memasang penjor Galungan dan sekaligus untuk penjor karya Panca Bali Krama, dengan ketentuan pembuatan penjor dengan bahan dan hiasan yang bersifat alami, tidak menggunakan tali maupun hiasan lainnya yang terbuat dari unsur plastic. Bambunya dikerik, dilengkapi pula dengan plawa, pala bungkah pala gantung, jajan, tebu dan kain putih kuning.
Catacan :
Upakara di sanggah penjor pada saat hari raya Galungan sama seperti Galungan biasa. Upakara tersebut diperbaharui dengan upakara yang sama pada puncak Karya Panca Bali Krama, Buda paing Kuningan, tanggal 25 maret 2009. Penjor ini dicabut setelah selesainya semua rangkaian Karya, Sukra Paing Pahang, tanggal 24 April 2009.
Semua pura yang ada yaitu pura Sad Kahyangan, pura Kahyangan desa dan pura lainnya seperti pura masceti, pura Subak, pura Melanting, agar pada hari ini juga memasang penjor lengkap dengan upakara seperti tersebut diatas.
Pura pedharman yang ada di lingkungan pura Besakih mulai hari ini diharapkan menghias (masang busana).
E. Hari : Wrapati Umanis Dungulan
Tanggal : 19 Maret 2009.
Upacara : Nuwur Tirta di Pura Kahyangan Jagat.
Pada Hari ini dilakukan nuwur tirta di Pura kahyangan Jagat Gunung Rinjani (Lombok), Gunung Semeru (Jawa Timur) dan Pura Sad Kahyangan di Bali.
F.Hari : Sukra Paing Dungulan
Tanggal : 20 Maret 2009.
Upacara : Nedunang Ida Bhatara.
Pada hari ini pura padharman yang ada di lingkungan Besakih, diharapkan bersama-sama nedunang Ida Betara, sepanjang memungkinkan agar ikut melasti dan nyejer sampai dengan Sukra Paing Pahang, tanggal 24 April 2009. Bila tidak memungkinkan selama itu agar diusahakan nyejer sampai dengan selesainya upacara pengeremekan Karya Betara Turun Kabeh.
G. Hari : Saniscara Pon Dungulan - Soma Kliwon Kuningan
Tanggal : 21- 23 Maret 2009.
Upacara : Melasti
Tempat : Segara Watu Klotok Klungkung
Untuk pelaksanaan upacara melasti di masing-masing desa adat agar dilaksanakan sebagaimana telah berlaku sebelumnya.
Upacara pelelastian di segara berlaku sebagaimana mestinya, juga dilengkapi dengan pekelem.
Khusus bagi desa-desa yang akan dilalui dalam perjalanan melasti menuju Segara Klotok sampai kembali ke pura Besakih, diharapkan agar mempersiapkan aturan bakti pemendak di tempat-tempat yang telah ditetapkan (sebagaimana halnya pada waktu karya Panca Bali Krama sebelumnya).
Disamping itu sangat diharapkan pula agar dapat diatur secara bergiliran untuk ngayah mundut Ida Betara.
H. Hari : Anggara Umanis Kuningan,
Tanggal : 24 Maret 2009,
Upacara : Mepepada tawur dan Upacara Pemenben.
Pada hari ini seluruh wewalungan disufat/ disucikan untuk dijadikan bahan upakara. Upacara ini sebagai permohonan agar semua binatang yang akan dijadikan upakara itu disucikan dan rohnya dianugrahi peningkatan dalam kelahiran berikutnya.
I. Hari : Buda Paing Kuningan,
Tanggal : 25 Maret 2009,
Upacara : Puncak Karya Panca Bali Krama.
Bersamaan dengan puncak Karya Panca Bali Krama di Besakih, seluruh umat Hindu patut ikut mensukseskan pelaksanaan karaya tersebut, dan Yasa kerti yang patut dilaksanakan pada hari ini adalah :
a. Nunas Tirtha dan Nasi Tawur.
Perwakilan dari masing-masing desa adat//kecamatan agar datang ke pura Besakih sekitar jam 10.00 Wita, dengan membawa sujang untuk tempat tirtha tawur serta canang sari dan perlengkapan persembahyangan seperlunya, guna mohon nasi tawur dan tirtha tawur untuk disebarkan dan dipercikkan di wilayah masing-masing.
b. Pecaruan/Tawur di masing-masing wilayah.
Masing-masing wilayah juga melaksanakan Pecaruan/Tawur kesanga sebagaimana biasa pelaksanaan Tawur kesanga, dengan waktu pelaksanaan diatur sebagai berikut :
- Di tingkat Provinsi dan kabupaten/Kota dilaksanakan pada siang hari jam 12.00 Wita.
- Di tingkat desa dan banjar agar dilaksanakan pada sore hari jam 18.00 Wita. Tingkat upacara Pecaruan/Tawur di wilayah tersebut diatas berlaku sebagaimana biasa (sesuai dengan dresta).
c. Upakara di parhyangan.
Disemua Kahyangan seperti Pura kahyangan desa, pura Swa Gina (Masceti, Subak, melanting dan sejenisnya) pura keluarga (kawitan, dadia, panti, paibon dan sejenisnya), pada hari ini agar ikut melaksanakan upacara ngertiang kerahayuan jagat dengan jalan di pelinggih menghaturkan Daksina Pejati, sodan Putih Kuning, canang sari dan canang yasa beserta kelengkapannya.
d. Upakara di masing-masing rumah tangga :
1. Di pelinggih kemulan/rong tiga menghaturkan :
Daksina Pejati
Canang sari
Soda putih kuning dan tipat kelanan
2. Dihalaman/natar merajan menghaturkan ;
Segehan mancawarna maiwak bawang jahe.
3. Dihalaman rumah menghaturkan :
Segehan mancawarna maulam bawang jahe
4. Dihalaman luar, jaba/lebuh :
Mendirikan sanggah cucuk diletakkan di sebelah kanan pintu keluar, banten munggah di sanggah cucuk seperti perayaan hari Tawur kesanga biasa.
Dibawah sanggah cucuk menghaturkan :
Segehan manca warna 9 tanding, ulamnya olahan ayam brumbun lengkap dengan tetabuhan, dihaturkan kehadapan Sang Bhuta Raja dan Sang kala Raja.
Segehan cacahan 108, ulamnya jejeron matah, disertai dengan segehan agung 1 tanding, tetabuhan tuak, arak, berem, air dihaturkan kehadapan Sang Bhuta bala dan Kala Bala.
Segehan sapunjung, iwak bawi ingolah lembat asem.
Catatan :
Upakara Daksina Pejati yang munggah di Pelinggih paryangan dan Pelinggih Rong Tiga tersebut diatas “Nyejer” sampai panyineban upacara panca Bali Krama, dan setiap harinya agar menghaturkan canang sari ngertiyang karya nunas kerahayuan jagat.
J. Hari : Sukra Paing Pahang,
Tanggal : 24 April 2009.
Upacara :
a. Nunas Tirtha Panglebar ring Pura Dalem Puri,
b. Panyineban.
a. Upacara Nunas Tirtha Pangenduh/Panglebar.
Upacara ini dilaksanakan di pura Dalem Puri Besakih. Kalau pada awal akan mulainya persiapan Karya Panca Bali Krama telah dilaksanakan upacara nunas Tirtha Pengandeg, maka pada saat akhir upacara dilaksanakanlah upacara nunas Tirtha Penglebar ini. Dengan maksud mohon kehadapan Ida Betara agar berkenan menganugrahi bahwa sejak saat itu pelaksanaan upacara Pengabenan maupun upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian dapat dilaksanakan sebagaimana biasa. Pada saat ini daiharapkan perwakilan dari masing-masing Desa Adat/Kecamatan untuk nunas tirtha penglebar dimaksud dengan sarana upakara peras pejati, katur di pura Dalem Puri Besakih.
b. Daksina Pejati yang sudah dilinggihkan sejak tanggal 25 Maret 2009, di masing-masing sanggar hari ini dilebar kemudian digeseng, dengan terlebih dahulu menghaturkan soda putih kuning dan canang yasa serta segehan.
Demikian pula penjor pada hari ini bisa di cabut. Sisa-sisa upakara dikumpulkan dan dibakar kemudian abunya dimasukkan pada bungkak nyuh gading dan ditanam, abu sisa di merajan ditanam di merajan (dibelakang peligih rong tiga), demikian pula abu sisa upakara di halaman rumah dan di lebuh ditanam di lebuh, disertai dengan canang sari 1 pasang.
Selanjutnya pada hari Soma Kliwon Klurut, tanggal 27 April 2009, dilaksanakan upacara Mejauman di seluruh tempat nuwur tirtha.