dewaSalah
IndoForum Beginner A
- No. Urut
- 19005
- Sejak
- 17 Jul 2007
- Pesan
- 1.047
- Nilai reaksi
- 21
- Poin
- 38
Seri pertama dari seri-seri aliran sesat ini, ana pilih aliran Rafidhah karena
gencarnya aliran ini berdakwah kepada kaum muslimin yang masih awam.
Ana adalah seorang yang tidak pandai membuat tulisan sedangkan ana
bukan pula ulama tapi kewajiban berdakwah tetap ada. maka dari itu ana
salinkan dakwah ulama salaf tentang Syi'ah ini. Silakan menyimak dan
renungkan
TAHAN POSTINGAN ANDA, PERJALANAN BELUM SELESAI
gencarnya aliran ini berdakwah kepada kaum muslimin yang masih awam.
Ana adalah seorang yang tidak pandai membuat tulisan sedangkan ana
bukan pula ulama tapi kewajiban berdakwah tetap ada. maka dari itu ana
salinkan dakwah ulama salaf tentang Syi'ah ini. Silakan menyimak dan
renungkan
[FONT="]KAPAN MUNCULNYA FIRQAH RAFIDHAH ? -1/13-
Disusun oleh
Abdullah bin Muhammad As Salafi.
[/FONT][FONT="][FONT="]
Segala puji hanya bagi Allah semata, dan shalawat dan salam semoga
senantiasa dianugerahkan atas Rasulullah dan atas keluarga beliau serta
sahabat-sahabatnya.
Amma ba'du :
Sebenarnya, sudah lama saya ingin menterjemah buku kecil ini, yang penuh
dengan bukti yang akurat dari buku-buku pegangan kaum syi'ah. Tatkala
salah seorang ikhwan yang mulia mengirim email kepada saya untuk minta
dikirimi makalah tentang syi'ah, disebabkan di kampusnya sedang gencar-
gencarnya dakwah syi'ah, maka saya semakin terdorong untuk cepat-cepat
menterjemahkan buku ini, agar kerusakan aqidah golongan yang sesat ini
bisa diketahui oleh masyarakat umum.
Tulisan ini insya Allah akan saya kirim lewat group diskusi ini secara bertahap
menjadi 16 edisi. Terjemahan ini diizinkan untuk disebarluaskan bagi siapa
yang ingin menyebarkannya secara cuma-cuma, asalkan tidak dirobah
sedikitpun dari tulisannya.
Akhirnya kepada Allah kita memohon agar kita semua diberi keikhlasan
dalam beramal shaleh, dan ditetapkan di atas agama-Nya yang lurus,
dianugerahkan niat yang baik, dan pemahaman yang benar terhadap Al
Quran dan Sunnah sesuai dengan pemahaman sahabat. Serta dijauhkan dari
segala yang merusak akidah, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha
Dekat. Amiin.
Ditulis oleh :
Abu Abdillah Muhammad Elvi Syam, Lc.[/FONT]
PENDAHULUAN
Segala puji hanya bagi Allah semata, dan shalawat dan salam semoga
senantiasa dianugerahkan atas Rasulullah dan atas keluarga beliau serta
sahabat-sahabatnya.
Amma ba'du :
Sesunguhnya motivasi yang mendorong untuk menulis makalah ini adalah
apa yang terlihat belakangan ini, yakni, semakin gencarnya kegiatan
Rafidhah (syi'ah) dalam mendakwahi ajaran mereka setaraf dunia Islam, dan
bahaya terhadap agama Islam yang dimiliki oleh golongan yang keluar ini,
serta kelengahan dari kebanyakkan dari awam kaum muslimin terhadap
bahaya mereka, serta apa-apa yang terdapat dalam aqidah mereka berupa
syirik, celaan terhadap Al Quran, celaan terhadap para sahabat, ghuluw
(berlebih-lebihan) terhadap para imam. Sungguh penyusun telah bertekad
untuk menulis makalah ini, dan menjawab apa yang menjadi problem
dalam permasalahan ini secara ringkas, mengikuti metode syaikh kita syaikh
Alaamah abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin -semoga Allah menjaganya-
dalam kitab beliau (At Ta'liiqaatu 'Ala Matni Lum'atil 'Itiqaad), dan dengan
cara menukil dari buku-buku Rafidhah yang terkenal dan tersohor di
kalangan mereka, serta dari buku-buku ahli sunnah dari kalangan para
imam-imam terdalulu dan belakangan, dimana mereka telah membantah
dan menerangkan kerusakan akidah mereka yang berdiri atas kesyirikan,
ghuluw (sikap berlebih-lebihan), kedustaan, caci maki, celaan, tikaman, dll.
Sesungguhnya penyusun telah berusaha dalam makalah yang singkat dan
kurang berharga ini, untuk membuktikan kesalahan mereka dari buku-buku
mereka dan karangan-karangan yang terpercaya di kalangan mereka,
sebagaimana perkataan Syaikh Ibrahim bin Sulaiman Al Jabhan -semoga
Allah menjaganya- : "Dari mulutmu aku menghukummu wahai pemeluk
syi'ah".
Akhirnya, penyusun memohon kepada Allah Azza wa Jalla semoga makalah
ini bermanfaat bagi orang-orang yang bisa memandang dengan baik,
sebagaimana firman Allah :
[/FONT][FONT="]
[FONT="]"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan
bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang dia menyaksikannya" [/FONT]
Dan penyusun mengucapkan terima kasih, kepada setiap orang yang ikut
menanam saham bersama penyusun dalam menerbitkan buku kecil ini,
Wallahu Alam, semoga Allah senantiasa menganugerahkan shalawat dan
salam atas Rasulullah dan atas keluarga beliau serta sahabat-sahabatnya.
KAPAN MUNCULNYA FIRQAH RAFIDHAH ?
Firqah ini tumbuh tatkala muncul seorang Yahudi mendakwakan dirinya
sudah masuk Islam, namanya Abdullah bin saba. Mendakwakan kecintaan
terhadap ahli bait, dan terlalu memuja-muji Ali, dan mendakwakan, bahwa
Ali punya wasiat untuk mendapatkan khalifah, kemudian ia mengangkat
Ali sampai ke tingkat Ketuhanan, hal ini diakui oleh buku-buku
syi'ah sendiri.
Al Qummi berkata dalam bukunya Al Maqaalaat wal Firaq [1] : Ia mengakui
keberadaannya, dan menganggabnya orang pertama yang berbicara
tentang wajibnya keimaman Ali, dan raj'iyah Ali [2], dan menampakkan
celaan terhadap Abu Bakar, Umar dan Utsman serta seluruh sahabat,
seperti yang dikatakan oleh An Nubakhti di bukunya Firaqus Syi'ah [3].
Sebagaimana Al Kissyi mengatakan demikian juga di bukunya yang dikenal
dengan Rijaalul Kissyi [4]. Pengakuan adalah tuan argumen (argumen yang
akurat), dan mereka-mereka ini semuanya adalah syeikh-syeikh besar
Rafidhah.
Al Baghdadi berkata : Kelompok Sabaiyah adalah pengikut Abdullah bin
Saba yang telah berlebih-lebihan (dalam memuji) Ali, dan mendakwakkan,
bahwasanya Ali adalah nabi, kemudian bersikap berlebih-lebihan lagi,
sehingga ia mendakwakan bahwasanya Ali adalah Allah.
Al Baghdadi berkata juga : adalah ia (Abdullah bin Saba) anak orang
berkulit hitam, asal usulnya adalah orang Yahudi dari penduduk
Hirah (Yaman), lalu mengumumkan keislamannya, dan menginginkan
agar ia mempunyai kerinduan dan kedudukan di sisi penduduk negeri Kufah,
dan ia juga menyebutkan kepada mereka, bahwasanya ia membaca di
Taurat, bahwa sesungguhnya bagi tiap-tiap nabi punya orang
yang diwasiatkan, dan sesungguhnya Ali adalah orang yang
diwasiatkan Muhammad Sholallahu alaihi wassalam.
Dan As Syahrastaani menyebutkan dari ibnu Saba, bahwasanya ia adalah
orang yang pertama kali menyebarkan perkataan keimaman Ali secara
nas/ telah ditetapkan, dan ia menyebutkan juga dari kelompok Sabaiyah,
bahwa kelompok ini adalah firqah (golongan) yang pertama sekali
mengatakan masalah ghaibah[5] dan akidah raj'iyah, kemudian syiah
mewarisinya setelah itu, meskipun mereka itu berbeda, dan pecahan
golongan mereka banyak. Perkataan tentang keimaman dan kekhilafan Ali
merupakan nas dan wasiat, itu merupakan dari kesalahan-kesalahan Ibnu
Saba. Yang akhirnya syi'ah sendiri berpecah menjadi golongan-
golongan dan perkataan-perkataan yang banyak sampai puluhan
golongan dan perkataan.
Begitulah syiah membuat bid'ah dalam perkataan tentang keyakinan wasiat,
raj'iyah, ghaibah, bahkan perkataan menjadikan imam-imam sebagai tuhan
[6], karena mengikuti Ibnu Saba orang yahudi itu.
[/FONT][FONT="]
[1] Lihat Al Maqaalaat wal Firaq oleh Al Qummi, hal : 10-21.
[2] Keyakinan bahwa Ali akan kembali ke dunia sebelum hari kiyamat.
[3] Lihat Firaqus Syi'ah oleh An Nubakhti, hal : 19-20.
[4] Lihat : apa yang dicantumkan oleh Al Kissyi dalam beberapa riwayat dari Ibnu Saba dan akidah-akidahnya, lihat no : 170, 171, 172, 173, 174, dari hal : 106-108.
[5] Keyakinan menghilangnya imam Askari yang mereka tunggu-tunggu.
[6] Ushul Itiqad Ahli Sunnah Wal Jama'ah, Al Lalikaai, 1/22-23. [/FONT]
[FONT="]KENAPA SYI'AH DINAMAKAN DENGAN RAFIDHAH -2/13-
Penamaan ini disebutkan oleh Syaikh mereka Al Majlisi dalam bukunya
Al-Bihaar dan ia mencantumkan empat hadits dari hadits-hadits mereka [1].
Ada yang mengatakan : mereka dinamakan rafidhah, karena mereka
datang ke Zaid bin Ali bin Husein, lalu mereka berkata : Berlepas dirilah kamu
dari Abu Bakr dan Umar sehingga kami bisa bersamamu!, lalu beliau
menjawab : Mereka berdua (Abu Bakar dan Umar) adalah sahabat kakekku,
bahkan aku setia kepada mereka. Mereka berkata : Kalau begitu, kami
menolakmu (rafadhnaak) maka dinamakanlah mereka
Raafidhah (yang menolak), dan orang yang membai'at dan
sepakat dengan Zaid bin Ali bin Husein disebut Zaidiyah[2].
Ada yang mengatakan : mereka dinamakan dengan Rafidhah, karena
mereka menolak keimaman (kepemimpinan) Abu Bakr dan Umar [3].
Dan dikatakan mereka dinamakan dengan Rafidhah karena mereka
menolak agama [4].
RAFIDHAH TERPECAH MENJADI BEBERAPA FIRQAH (GOLONGAN)
Ditemukan di dalam buku Daairatul Ma'arif bahwasanya : golongan yang
muncul dari cabang-cabang syi'ah jauh melebihi dari angka tujuhpuluh tiga
golongan yang terkenal itu [5].
Bahkan dikatakan oleh seorang rafidhah Mir Baqir Ad Damaad [6],
sesungguhnya seluruh firqoh-firqoh yang tersebut dalam hadits, yaitu hadits
berpecahnya umat ini menjadi tujuhpuluh tiga golongan, maksudnya adalah
firqoh-firqoh syi'ah. Dan sesungguhnya golongan yang selamat itu dari
mereka adalah golongan Imamiyah.
Al Maqrizi menyebutkan bahwa jumlah firqoh-firqoh mereka itu sampai 300
(tiga ratus) firqoh [7].
As Syahrastaani berkata : Sesungguhnya Rafidhah terbagi menjadi lima
bagian : Al Kisaaniyah, Az Zaidiyah, Al Imamiyah, Al Ghaliyah dan
Al-Ismailiyah [8].
Al Baghdadi berkata : Sesungguhnya Rafidhah setelah masa Ali ada empat
golongan : Zaidiyah, Imamiyah, Ghulaah dan Kisaaniyah. [9]
Perlu diperhatikan bahwa sesungguhnya Az Zaidiyah tidak termasuk dari
firqoh-firqoh Rafidhah, kecuali kelompok Al Jarudiyah.
APAKAH YANG DIMAKSUD AQIDAH AL-BADAA YANG DIIMANI
OLEH RAFIDAH?
Al Badaa' yaitu bermakna tampak (muncul) setelah sembunyi, atau
bermakna timbulnya pandangan baru. Al Badaa' sesuai dengan kedua
makna itu, haruslah didahului oleh ketidaktahuan, serta baru diketahui.
Keduanya ini merupakan suatu hal yang mustahil atas diri Allah, akan tetapi
orang Rafidhah (syiah) menisbatkan kepada Allah sifat Al Badaa'.
Telah diriwayatkan dari Ar Rayaan bin Al Sholt, ia berkata : Saya telah
mendengar Al Ridha berkata : Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali
mengharamkan khamar, dan mengakui bahwa Allah itu memiliki
sifat Al Badaa'[10]. Dan dari Abi Abdillah ia berkata : Tidak pernah Allah
diibadati dengan sesuatu apapun seperti (mengibadatinya dengan) Al
Badaa' [11]. Maha Tinggi Allah dari hal itu dengan ketinggian yang besar.
Lihatlah wahai saudaraku muslim, bagaimana mungkin mereka menisbatkan
kepada Allah subhanahu wa Taala sifat jahal (ketidaktahuan), sedangkan
Dia mengatakan tentang diri-Nya :
[/FONT]
Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui
perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila
mereka akan dibangkitkan.
Dan di sisi lain Rafidhah (syi'ah) meyakini bahwa sesungguhnya
para imam mengetahui seluruh ilmu, dan tidak akan
tersembunyi baginya sesuatu apapun.
Apakah ini keyakinan Islam (aqidah Islam) yang dibawa oleh nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam-
[1] Lihat buku : Al Bihaar, oleh Al Majlisi, hal : 68-96-97. (Dia ini merupakan salah seorang tempat bertanya orang-orang rafidhah (syi'ah) untuk zaman-zaman terakhir).
[2] At Ta'liiqaatu 'Ala Matni Lum'atil 'Itiqaad, oleh : Syeikh Alaamah Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin, -semoga Allah menjaganya-, hal : 108.
[3] Lihat : catatan kaki buku Maqaalaat Al Islamiyiin, oleh Muhyiddin Abdul Hamid, (1/89).
[4] Lihat : di buku Maqaalaat Al Islamiyiin, (1/89).
[5] Daairatul Ma'arif, (4/67).
[6] Dia adalah Muhammad Baqir bin Muhammad Al Asadi, termasuk tokoh besar syi'ah.
[7] Dia adalah Al Maqrizi du Al Khuthath, ((2/351).
[8] Al Milal wan Nihal, oleh As Syahrastani, hal :147.
[9] Al Farqu Bainal Firaq, oleh Al Baghdadi, hal : 41.
[10] Ushulul Kafi, hal :40
[11] Ushulul Kafi, oleh Al Kulaini di kitab tauhid : 1/133.
[FONT="]APA AQIDAH RAFIDHAH DALAM MASALAH SIFAT ?-3/13-
Adalah Rafidhah orang yang pertama kali mengatakan tajsiim (bersifat
seperti tubuh manusia). Sungguh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menentukan
bahwa sesungguhnya orang yang melakukan kedustaan ini dari kalangan
kaum Rafidhah adalah Hisyam ibnul Hakam[1], dan Hisyam bin Salim Al
Jawaliqi, Yunus bin Abdurrahman Al Qummi, dan Abu Ja'far Al Ahwal [2].
Seluruh orang yang disebutkan tadi termasuk syaikh-syaikh besar golongan
Itsna Asyariyah (Rafidhah), kemudian mereka menjadi pemeluk paham
Jahmiyah mu'athilah, sebagaimana sekumpulan riwayat mereka
menyifati Rabb semesta alam dengan sifat-sifat negatif yang
mereka masukkan sebagai sifat yang tetap bagi Allah.
Dan sungguh Ibnu Babawaih meriwayatkan lebih dari tujuhpuluh riwayat
yang mengatakan bahwa Allah Ta'ala, tidak disifati dengan
jaman, tidak dengan tempat, tidak dengan bagaimananya,
tidak dengan gerak, tidak dengan berpindah, tidak dengan
sesuatupun dari sifat-sifat tubuh, Dia bukan yang bisa diraba,
bukan bertubuh dan berbentuk". [3] Maka syaikh-syaikh mereka
mengikuti jalan (metode) yang sesat ini dengan menta'til
(menghilangkan) sifat-sifat yang tercantum dalam Al-Quran
dan Sunnah.
Sebagaimana mereka mengingkari turunnya Allah yang Maha Agung.
Mereka mengatakan Al Quran makhluk, mereka mengingkari
ru'yah (melihat kepada Allah) pada hari akhirat. Tercantum dalam
kitab Biharul Anwar, bahwasanya Abu Abdillah Ja'fat As Shodiq ditanya
tentang Allah Ta'ala, apakah bisa dilihat pada hari akhirat? Beliau berkata :
Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari hal itu dengan ketinggian yang besar,
sesungguhnya pandangan tidak akan bisa mencapai kecuali hal-hal yang
mempunyai warna dan bentuk, dan Allah yang menciptakan warna-warni
dan bentuk.
Bahkan mereka mengatakan : Jika seandainya dinisbatkan
kepada Allah sebagian sifat seperti ru'yah, maka dihukum
sebagai murtad, sebagaimana yang didapatkan dari syeikh
mereka Ja'far Al Najfi di kitab Kasyful Ghitho hal : 417. Perlu diketahui
bahwasanya melihat kepada Allah pada hari akhirat adalah benar adanya
dan sudah konsisten dalam Kitab dan Sunnah tanpa meliputi seluruhnya dan
tanpa bagaimananya, sebagaimana firman Allah :
[/FONT][FONT="][FONT="]
[/FONT][FONT="]Wajah-wajah pada saat itu berseri-seri, kepada Rabbnyalah mereka melihat[/FONT]
Dan dari sunnah apa yang tercantum dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari
hadits Jarir bin Abdillalh Al Bajali, berkata : Adalah kami duduk-duduk
bersama Rasulullah, lalu beliau melihat kepada purnama, pada malam
empat belas, lalu bersabda : Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian
dengan mata telanjang, sebagaimana kalian melihat ini (purnama), dimana
kalian tidak berdesakan melihatnya [4]. Dan ayat-ayat serta hadits-hadits
dalam masalah itu banyak sekali, yang tidak memungkinkan kita untuk
menyebutkannya. [5]
[/FONT][FONT="]
[1] Minhaaj sunnah (1/20) oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah.
[2] 'Itiqadaat Firaqul Muslimin Wal Musyrikin, hal : 97.
[3] At Tauhid, oleh Abu Babawaih, hal : 57.
[4] Bukhari no : 544, dan Muslim no : 633.
[5] Lihat karangan-karangan Ahli Sunnah Wal Jamaah dalam menetapkan ru'yah, seperti kitab Ar Ru'yah oleh Daruqutni, dan kitab imam Al Lalikai dan lainnya.[/FONT]
[FONT="]APA KEYAKINAN RAFIDHAH (SYI'AH) TERHADAP AL-QUR'AN-UL KARIM YANG ADA DI TENGAH-TENGAH KITA SEKARANG, PADAHAL ALLAH TELAH BERJANJI UNTUK MENJAGANYA ? -4/13-
Sesungguhnya Rafidhah yang dinamakan pada zaman kita sekarang ini
dengan syiah, mengatakan sesungguhnya Al-Qur'an yang ada
pada kita, bukanlah Al-Qur'an yang telah diturunkan kepada
nabi Muhammad, akan tetapi telah dirubah, ditukar, ditambah
dan dikurangi. Jumhur ahli hadits dari kalangan syi'ah meyakini
adanya pelencengan (perubahan) dalam Al-Qur'an seperti yang disebutkan
oleh An Nuuri Al Tibrisi dalam kitabnya Fashlul Khithab Fi Tahrifil Kitabi Rabbil
Arbab. [1]
Dan Muhammad bin Ya'qub Al Kulaini berkata di Usulul Kafi di bawah Bab
bahasan : Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengumpulkan Al
Qur'an seluruhnya, kecuali para imam, dari Jabir ia berkata :
saya telah mendengar Abu Ja'far berkata : Tidaklah seseorang
dari manusia mendakwakan bahwasanya dia telah
mengumpulkan Al Qur'an secara keseluruhannya
sebagaimana Allah telah menurunkannya, kecuali ia itu
adalah orang pendusta. Tidak ada yang mampu
mengumpulkannya dan menghafalnya seperti yang telah
diturunkan Allah kecuali Ali bin Abi Talib dan para imam
setelah mereka.
Dan Ahmad Al Tibrisi dalam kitab Al-Ihtijaaj dan Al Mulla Hasan dalam
tafsirnya As Shaafi sesungguhnya Umar telah berkata kepada Zaid bin Tsabit :
Sesungguhnya Ali telah datang kepada kita dengan membawa Al Qur'an,
yang di dalamnya tercantum aib-aib orang muhajirin dan anshor. Dan
sungguh kami telah memandang untuk mengumpulkan Al-Qur'an dan
menghilangkan setiap apa-apa yang di dalamnya terdapat aib-aib muhajirin
dan anshr.
Dan Zaid pun telah memenuhinya untuk itu, kemudian berkata :
Jika saya telah selesai dari (mengumpulkan) Al-Qur'an sesuai yang anda
minta, lalu jelas atas saya akan Al-Qur'an yang dikumpulkannya (Ali),
bukankah itu menghancurkan setiap apa yang telah anda kerjakan? Maka
berkata Umar : Jadi bagaimana jalan keluarnya? Berkata Zaid : Anda lebih
tahu dengan jalan keluarnya, berkata Umar : Tiada jalan keluar kecuali kita
harus membunuhnya agar kita lega darinya. Lalu ia pun merancang
pembunuhannya (Ali) lewat tangan Khalid bin Walid, akan tetapi dia tidak
mampu melakukannya [2].
Tatkala Umar menjadi khalifah, mereka (para sahabat) meminta Ali untuk
mendatangkan Al Qur'an kepada mereka, agar mereka sama mereka
mengubahnya. Lantas Umar berkata : Wahai Abul Hasan, alangkah baiknya
kalau seandainya kamu membawa Al Qur'an yang pernah kamu bawa ke
hadapan Abu Bakar, agar kita bersatu atasnya. Lalu Ali berkata : Tidak
mungkin, dan tidak mungkin ada jalan untuk itu, sebenarnya saya
membawanya ke hadapan Abu Bakr hanyalah untuk menegakkan hujjah
atasnya, agar kalian tidak mengatakan pada hari kiamat Sesungguhnya
kami akan hal ini dalam keadaan lengah (Al-Araf :172), atau agar kalian
tidak mengatakan ; Kamu tidak pernah mendatangkannya kepada kami
(Al-Araf : 129). Sesungguhnya Al Qur'an ini tidak ada yang menyentuhnya
kecuali orang-orang yang suci, dan orang-orang yang diwasiatkan dari
kalangan anakku. Lalu berkata Umar : Apakah ada waktu untuk
menampakkannya diketahui ? Lantas Ali berkata : Ya, jika telah bangkit
seseorang dari anakku, ia akan menampakkannya dan membawa manusia
atasnya [3].
Walau bagaimanapun orang syiah menampakkan sikap
berlepas dirinya terhadap buku An Nuri al Tibrisi ini, demi
mengamalkan akidah taqiyah, akan tetapi kitab itu terselubung dan
tersimpan dalam ratusan nas-nas (pernyataan-pernyataan) dari ulama
mereka dalam kitab-kitab yang diakui, menetapkan hal itu, dan
bahwasanya mereka betul-betul yakin dengan perubahan itu, dan beriman
dengannya, akan tetapi mereka tidak ingin timbul kehebohan sekitar akidah
mereka ini terhadap alquran.
Dan tinggal setelah itu, bahwa ada dua Al Qur'an, yang pertama yang
diketahui, dan yang lain khusus, tersembunyi. Diantaranya surat Wilayah,
dan diantara yang didakwakan oleh syi'ah Rafidhah, bahwa
ada satu ayat telah dihapus dari Al Qur'an yaitu :
[/FONT][FONT="]Mereka mendakwakan ayat ini dihapus dari surat Alam Nasyrah,[FONT="]Dan Kami telah menjadikan Ali sebagai menantumu, [/FONT]
sementara mereka tidak pernah malu dangan dakwaan
mereka ini, karena mereka mengetahui bahwa surat itu adalah
makkiyah, dan Ali belum menjadi menantu Nabi saat di Mekah.[/FONT][FONT="]
[/FONT][FONT="]
[1] Fashlul Khithab, oleh Hasan bin Muhammad Taqiyun Nuri Al Tibrisi, hal : 32.
[2] Lihatlah saudara seiman, alangkah kejinya kisah yang dibuat-buat oleh kaum syiah terhadap para sahabat.
[3] Al Ihtijaaj oleh Al Tibrisi hal :225, kitab Fashlul Khithab, hal : 7.[/FONT]
TAHAN POSTINGAN ANDA, PERJALANAN BELUM SELESAI