Muhammadiyyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan tahun 1912, sedangkan NU oleh KH Hasyim Asyi'ari. Namun pada dasarnya mereka berdua adalah satu guru satu ilmu, yaitu keduanya lulusan Al Azhar yang membawa pola fikir gurunya yaitu Muhammad Abduh di Mesir yang dipadukan dengan pola fikir seorang Jamaludin Al afghani seorang tahanan perang Inggris hasil titipan Perancis. Namun di saat kembali ke tanah air, keduanya menunjukkan pola ajaran yang berbeda. sy setuju jika NU / Muhammadiyyah adalah bukan aliran melainkan ormas (organisasi massa).
Jika kita lihat istilah "Muhammadiyah", Muhammad + Iyyah.
Muhammad yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw ;
Iyyah = aliran / faham / isme / ajaran.
jadi Muhammadiyah berarti "Ajaran Muhammad".
Namun merujuk ke QS An Najm : 3 - 4 ditegaskan oleh Allah bahwa segala yang diucapkan Muhammad ini bukanlah unsur hawa nafsunya (Subyektivisme pribadi), melainkan wahyu yang diturunkan.
Kemudian dari istilah Nabiyyun sendiri berarti seorang "Penyampai informasi, pengajar, atau pembawa berita. Maka Nabi Muhammad Saw hanyalah seorang nabi yang menyampaikan satu risalah yang bernama Al Qur-an. Jadi sekali-kali Islam ini bukanlah "Ajaran Muhammad" melainkan "Ajaran Allah".
Sehingga wajar jika Yahudi & Nashrani menuding jika Al Qur-an ini adalah hasil dari tulisan seorang Muhammad !!! Sekali-kali bukan ! Jadi perlu dipertanyakan juga bagi mereka yang mengklaim sebagai Pengikut Muhammadiyah. Begitupun dengan Hanafiyah, Malikiyah, syafi'iyah, Hambaliyah, bahkan jika di Banten ada yang mengaku pula sebagai "Bantaniyah". Itulah karena mereka tidak sadar dengan peristilahan yang mereka sebut.
Adapun NU yang seolah-olah masih berpegang teguh pada adat istiadat / nonmoderat, mereka tetap mempertahankan tradisi Jahiliyahnya berupa ritual-ritual yang hanya berdasarkan hasil intuisi pribadi atau "serba menduga". Yaitu rangkaian ibadah yang tidak jelas dalilnya. Sebagai contoh adalah pada acara "Tahlilan" atau "Marhabanan", yang nota bene ritual ini hanya ada di Indonesia. Kenapa di Arab sendiri yang dikatakan sebagai sumber Islam, ritual tsb tidak ada. Itu karena kalangan NU ini masih belum lepas dari pengaruh Animisme / Dinamisme yang mana merupakan hadiah dari faham Hinduisme dan Budhisme yang melebur menjadi "Kejawenisme".
Al Hasil Saudaraku ! janganlah merasa tersinggung, namun kita harus benar2 berfikir secara obyektif, bahwa Islam adalah Islam ! yang merupakan satu nama Ajaran dari Allah untuk manusia, di mana Al Qur-an sebagai pedomannya. Jadi Allah tidak mengajukan istilah aliran dalam Islam, hanya manusia saja yang mentafsirkan Al Qur-an menurut hasil intuisi pribadi sehingga menghasilkan tafsir yang berbeda-beda. Padahal Al Qur-an itu tidak membutuhkan lagi juru tafsir, karena satu ayat akan dijelaskan oleh ayat lainnya. Ayat -ayat turun dari Allah, maka Allah sendiri yang memberikan penjelasannya. Dari tafsir yang beraneka ragam ini, maka bermunculanlah berbagai nama aliran yang konon mencapai jumlah 73 aliran. Inilah yang membuat Islam menjadi lemah, yaitu terlalu banyaknya perbedaan pandangan dan pola fikir. Kata Nabi : Al khilaafatu rahmatun (perbedaan itu adalah rahmat), namun perbedaan yang seperti apa yang disebut rahmat ?.
Jika perbedaan yang dimaksud adalah pada masalah aliran / pola fikir, maka sungguh inilah sebenarnya yang membuat Islam bertempur satu sama lain sampai kapanpun.
Tapi yang dimaksud rahmat di sini ialah pada perbedaan hasil ciptaan Allah, seperti adanya laki2 dan perempuan, adanya perbedaan warna kulit, perbedaan bahasa, perbedaan profesi dan lin-lain. Itulah Rahmat yang sesungguhnya !!!
Jadi, yuk kita telaah kembali !