facebookeb
IndoForum Senior A
- No. Urut
- 210735
- Sejak
- 9 Jan 2013
- Pesan
- 7.471
- Nilai reaksi
- 96
- Poin
- 48
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (MenristekDikti), Muhammad Nasir, mengatakan pihaknya berencana akan bertemu dengan penemu teknologi penyembuh kanker, Warsito P Taruno untuk mengetahui lebih jelas akar persoalan yang dialaminya.
Namun, sayangnya dia tidak mengatakan secara gamblang kapan dia akan berdiskusi dengan dengan peraih B.J Habibie Technology Award 2015 itu.
"Saya kepingin jumpa dia bagaimana caranya dan saya kepingin diskusi dengan dia juga," ujar Nasir kepada Merdeka.com melalui pesan singkat, Selasa (2/12).
Sebagaimana diketahui, Warsito menuangkan kegundahannya di akun Facebook pribadinya atas sikap dari sebuah lembaga yang menginginkan pihaknya untuk menghentikan riset mengenai penyembuhan kanker dengan teknologi buatannya.
"Hari ini di tempat yang sama saya mendapat surat dari sebuah lembaga agar saya menghentikan semua kegiatan pengembangan riset saya di Indonesia. Haruskah pertanyaan 12 tahun yang lalu perlu diulang: "Tak ada tempat buat saya di Indonesia?" tulis Warsito dalam akun Facebook-nya.
Sayang, Warsito tak menyebutkan lembaga mana yang menginginkan kematian hasil-hasil risetnya untuk digunakan bagi kemaslahatan manusia di negeri ini. Sekadar informasi, 12 tahun silam, dia mengembangkan hasil risetnya yang telah dilakukannya selama 15 tahun.
Singkat kata, penemuannya yakni salah satu turunan teknologi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) adalah aplikasi untuk terapi kanker, Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT). ECVT dan ECCT jelas memberikan harapan besar untuk terapi kanker berbasis gelombang energi non-radiasi.
Dengan ECCT misalnya, kasus yang sudah tidak ada jalan keluar sebelumnya seperti kanker di tengah batang otak atau kanker yang sudah menyebar ke seluruh tubuh masih mungkin dibersihkan (dibersihkan, tanpa tanda kutip) dengan ECCT.
Namun, sayangnya dia tidak mengatakan secara gamblang kapan dia akan berdiskusi dengan dengan peraih B.J Habibie Technology Award 2015 itu.
"Saya kepingin jumpa dia bagaimana caranya dan saya kepingin diskusi dengan dia juga," ujar Nasir kepada Merdeka.com melalui pesan singkat, Selasa (2/12).
Sebagaimana diketahui, Warsito menuangkan kegundahannya di akun Facebook pribadinya atas sikap dari sebuah lembaga yang menginginkan pihaknya untuk menghentikan riset mengenai penyembuhan kanker dengan teknologi buatannya.
"Hari ini di tempat yang sama saya mendapat surat dari sebuah lembaga agar saya menghentikan semua kegiatan pengembangan riset saya di Indonesia. Haruskah pertanyaan 12 tahun yang lalu perlu diulang: "Tak ada tempat buat saya di Indonesia?" tulis Warsito dalam akun Facebook-nya.
Sayang, Warsito tak menyebutkan lembaga mana yang menginginkan kematian hasil-hasil risetnya untuk digunakan bagi kemaslahatan manusia di negeri ini. Sekadar informasi, 12 tahun silam, dia mengembangkan hasil risetnya yang telah dilakukannya selama 15 tahun.
Singkat kata, penemuannya yakni salah satu turunan teknologi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) adalah aplikasi untuk terapi kanker, Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT). ECVT dan ECCT jelas memberikan harapan besar untuk terapi kanker berbasis gelombang energi non-radiasi.
Dengan ECCT misalnya, kasus yang sudah tidak ada jalan keluar sebelumnya seperti kanker di tengah batang otak atau kanker yang sudah menyebar ke seluruh tubuh masih mungkin dibersihkan (dibersihkan, tanpa tanda kutip) dengan ECCT.